Berjibun Pilu Warnai Pertemuan Parlemen Asia-Afrika
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Asia Africa Parliamentary Conference to Commerate The 60th Asian African Conference yang berlangsung di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta telah berakhir, pada Kamis (23/4). Pertemuan tersebut sukses melahirkan dua kesepakatan, Asian-African Parliamentary Declaration dan pembentukan Asia Africa Parliamentary Group.
Acara tersebut berlangsung cukup meriah dan menghadirkan beragam menu makanan khas Indonesia bagi para delegasi parlemen. Sebut saja bika ambon, roti isi sosis, bakso bakwan, hingga hidangan prasmanan seperti daging, dan ikan pindang serani khas Kota Palembang.
Gedung wakil rakyat pun tidak ketinggalan mempercantik diri dengan menggelar karpet merah, hingga memajang foto-foto dokumentasi Konferensi Asia Afrika 1955 di sepanjang Gedung Nusantara IV DPR RI. Di salah satu sudut, foto mantan Perdana Menteri Indonesia Ali Sostroamidjojo yang tengah berbicang dengan delegasi Laos Tiao Souvannarath saat tiba di Bandara Kemayoran tahun 1955 terpajang dengan manis. Potongan berita dari surat kabar serta sejumlah buku yang berisi mengenai KAA tahun 1955 pun ikut dipertontonkan.
Namun, bila kita mengikuti rangkaian acara, sesi demi sesi, yang digagas oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tersebut, maka kita akan mendengar bagaimana kisah sedih dan perjuangan sejumlah parlemen negara di benua Asia dan Afrika untuk bisa bertahan hidup.
Delegasi Parlemen Kenya Cristopher Doye Nakulen menceritakan kekejaman terorisme di benua Afrika. Salah satunya yang terjadi pada Kenya, pada bulan April 2014, di mana ratusan siswa menjadi korban aksi keji tersebut.
“Negara di benua Afrika banyak menjadi serangan aksi terorisme, Kenya menjadi salah satuhnya. Kejadi terakhir yang menimpa kami terjadi di bulan April 2014, ratusan siswa menjadi korban kekejian aksi terorisme dari Somalia,” kata Cristopher dalam sesi kedua Asia Africa Parliamentary Conference to Commerate The 60th Asian African Conference yang mengakat tema New Asian African Strategic Partnership (NAASP): The Way Forward, di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4).
Madagascar dan Sudan
Perwakilan Parlemen Madagascar Razafimanantsoa Justin ikut berbagi kisah sedih ,dengan mengatakan Madagascar baru saja keluar dari krisis politik yang berlangsung lima tahun. Menurut dia, krisis tersebut telah membuat berbagai usaha pembangunan di negaranya hancur.
“Madagascar baru saja keluar dari lima tahun krisis politik, selama ini usaha kami melakukan pembangunan hancur hanya karena poltik,” tutur Razafimanantsoa.
Dari delegasi Parlemen Sudan Mahdi Ibrahim keluhan kepada bank asal Prancis dan negara-negara di benua Eropa yang memberhentikan pemberian bantuan terdengar. Menurut dia, hal tersebut menyebabkan bangsa Sudan tidak bisa membeli apa-apa.
“Kami tidak tahu embargo ekonomi apa yang dilakukan terhadap Sudan, tapi yang pasti kalau kita bersatu kita akan kuat. Kalau Sudan dibiarkan sendiri, kami tidak bisa melakukan apa-apa,” tutur dia.
“Lihat Timur Tengah, Suriah, Sudan, dan Irak, kini sudah bergejolak karena rekayasa dunia internasional, ini mematahkan semangat dunia ketiga. Maka, kita butuh merumuskan sebuah deklarasi yang jelas dan tegas,” Mahdi menambahkan.
Suriah dan Palestina
Delegasi Parlemen Suriah Fatima Khamees tidak ketinggalan meninggalkan kisah pilu untuk dicamkan peserta Asia Africa Parliamentary Conference to Commerate The 60th Asian African Conference. Dia mengatakan aksi terorisme dan tindak kejahatan telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa di Suriah.
“Kemajuan yang sudah dicapai selama ini hancur karena aksi terorisme, dulu di Suriah konstitusi selalu mendukung kepentingan rakyat, tapi kini setelah ada teroris pemerintah hanya terus bertahan hidup,” tutur Khamees.
Sementara delegasi Parlemen Palestina Abdullah MI Abdullah meminta masyarakat di benua Asia dan Afrika membantu anak-anak Palestina agar bisa menghormat bendera sebelum berangkat ke sekolah dan memiliki identitas dibanggakan.
Abdullah juga mengatakan keadaan kini semakin buruk, Israel terus berusaha merebut gereja, masjid, dan tempat-tampat suci milik Palestina. “Tapi kami tidak akan mundur, kami akan terus berjuang tanpa perlu merendahkan diri seperti mereka (Israel),” kata dia.
“Kami akan bentuk negara Palestina merdeka,” delegasi Parlemen Palestina itu menambahkan.
Tantangan
Kini, 29 parlemen dari negara-negara di benua Asia dan Afrika telah sepakat membentuk Asia Africa Parliamentary Group dengan tujuan guna mendorong peningkatan kerja sama dalam bidang sosial, politik, hukum, kemananan, dan ekonomi.
Rumusan Asia Africa Parliamentary Group ini tentu diharapkann bisa menjadi inisiatif maupun tonggak kerja sama baru yang lebih berkelanjutan, guna mewujudkan masa depan antara negara Asia dan Afrika yang lebih cerah.
Selain tiu, dengan adanya grup ini, negara-negara di benua Asia dan Afrika diharapkan semakin kuat dalam membangun kerja sama yang menjembatani berbagai persoalan.
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...