Besok Pemilu Israel, Netanyahu Isyaratkan Kemungkinan Dirinya Kalah
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan pendukungnya dalam kampanye hari Minggu (15/3) bahwa ia dan partainya, Likud, mungkin tidak akan memenangkan pemilu pada hari Selasa (16/3) ini, yang berpotensi menjadi kejatuhan dramatis bagi politisi terkemuka itu, yang selama sembilan tahun berkuasa sebagai perdana menteri telah mengetengahkan dirinya sebagai wajah publik Israel kontemporer.
Sebuah kekalahan bagi Netanyahu --atau hanya kemenangan tipis dan kemungkinan dirinya dipaksa untuk bergabung dalam sebuah pemerintahan persatuan nasional dengan pesaingnya -- akan menandai pembalikan serius di negara ini, di mana para pemilih telah bergerak terus ke arah kanan selama 15 tahun terakhir.
The Washington Post melaporkan, babak final jajak pendapat Jumat lalu menunjukkan Netanyahu dan partai sayap kanan, Likud, menghadapi tantangan cukup kuat dari Isaac Herzog, pemimpin Partai Buruh kiri-tengah, dan pasangannya, mantan negosiator perdamaian, Tzipi Livni. Mereka memegang keunggulan kecil tapi memimpin secara stabil dalam poling. Kampanye mereka menekankan isu-isu ekonomi dan melonjaknya biaya hidup.
Netanyahu dalam sebuah wawancara radio hari Minggu mengatakan wartawan Israel yang bersikap bermusuhan dan bayangan "kekuatan asing" berada di balik kampanye anti-Netanyahu, yang bisa menyebabkan kegagalannya.
Livni, saingan lamanya dan mantan menteri kehakiman, menjawab bahwa Netanyahu panik dan mencari kambing hitam.
"Warga Israel akan mengganti Netanyahu, bukan karena apa yang tertulis di surat kabar," kata Livni hari Minggu, "tetapi karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli koran. . . atau membeli apartemen untuk anak-anak mereka."
Semula tim kampanye Netanyahu mengharapkan perdana menteri itu akan mendapatkan dukungan signifikan setelah pidatonya di depan Kongres AS dua pekan lalu, ketika ia langsung menantang Presiden Obama dan memperingatkan bahwa Amerika Serikat hendak menandatangani pakta bencana yang tidak akan menghentikan ambisi nuklir Iran.
Para pendukungnya menyanjung keterampilan berpidato Netanyahu yang bergaya Churchill. Harapan tinggi mereka diperbesar oleh sambutan anggota Kongres yang meriah. Namun pidato itu hanya sedikit menggerakkan pemilih ke pihaknya.
"Sudah jelas bahwa Netanyahu berpikir apa yang dia lakukan di Washington akan membantunya, tetapi tidak menberi dampak apa pun baginya di negaranya," kata Yehuda Ben Meir, seorang direktur di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv.
Netanyahu secara pribadi terpukul oleh pengungkapan secara memalukan pemborosn uang negara di kediaman resminya di Yerusalem dan vila pantai pribadinya di utara Tel Aviv. Rakyat Israel agak terkejut melihat besarnya pengeluaran Netanyahu dan istrinya, Sara, untuk menata rambut dan jasa pembantu, di samping pengeluaran yang membelalakkan mata sampai sebesar US$ 24.000 per tahun hanya untuk makanan pesan antar.
Netanyahu dan partainya juga disorot dalam laporan yang sangat kritis bulan lalu yang menyimpulkan mereka telah gagal berbuat banyak untuk mengatasi melonjaknya biaya dan ketersediaan perumahan bagi warga yang kesulitan keuangan, yang frustrasi dengan tingginya biaya hidup di Tel Aviv.
Sekutu Netanyahu, Naftali Bennett, yang juga menteri ekonomi, mengatakan dia terkejut bahwa ancaman di perbatasan Israel tidak menjadi isu penting dalam kampanye ini.
"Ini pertama kalinya saya ingat bahwa pemilih memberi penekanan pada ekonomi," kata Bennett dalam sebuah wawancara. "Beberapa orang berpikir mungkin ada isu lain, seperti Iran, namun belum ada."
Bennett adalah pemimpin partai Jewish Home, yang menarik dukungan pemilih dari nasionalis religius dan kubu pro-pemukiman. Menurut jajak pendapat, dukungan untuk partainya belum tumbuh sejak pemilu 2013.
"Bennett adalah idola yang mendapat banyak perhatian berkat pengorbanan semua orang di sekitarnya, namun ia membuat beberapa kesalahan serius," kata Reuven Hazan, yang memimpin departemen ilmu politik di Hebrew University of Jerusalem.
Bennett mencoba untuk membawa bintang sepak bola Israel yang sudah pensiun ke parlemen, tetapi anggota partai inti memberontak, mengeluh bahwa Eli Ohana adalah selebriti yang bermain bola di hari Sabat dan pendukung kesepakatan unilateral penarikan Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Baik Netanyahu maupun Bennett, seorang jutawan teknologi dan mantan tentara, dipandang kuat pada isu-isu keamanan, dan keduanya berbicara keras tentang Palestina. Namun, itu tidak membantu karena keahlian mereka justru berjalan melawan arah dengan yang diinginkan oleh pemilih.
Jajak pendapat terakhir dari radio tentara Israel menunjukkan, lebih dari setengah warga Israel yang disurvei berencana memilih berdasarkan isu-isu sosial ekonomi. Tidak sampai satu dari tiga pemilih menempatkan isu keamanan pada pertimbangan utama mereka. Sembilan dari sepuluh responden mengatakan isu biaya hidup paling mempengaruhi pilihan mereka.
Pada hari Minggu, di depan ribuan pendukungnya, Netanyahu memperingatkan, "Jika kita tidak bisa mengejar ketertinggalan, benar-benar terjadi bahaya ketika sayap kiri pemerintah yang akan menjadi penguasa," kata dia.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...