BI: Rupiah Mengalami Apresiasi 2,97 Persen Sepanjang 2016
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Walaupun melemah akhir-akhir ini, secara keseluruhan sepanjang 2016 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,97 persen.
Hal ini terungkap dalam siaran pers Bank Indonesia yang disampaikan hari Kamis (17/11), ketika mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung 16-17 November.
Selama triwulan III, menurut BI, penguatan rupiah terus berlanjut didukung sentimen positif dari domestik dan eksternal.
Nilai tukar rupiah, secara rata-rata pada triwulan III menguat sebesar 1,39 persen dan mencapai level Rp 13.130 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut di bulan Oktober 2016 sebesar 0,71 persen dan ditutup di level Rp13.048 per dolar AS.
Penguatan rupiah, menurut BI, didukung oleh sentimen positif perekonomian domestik, seiring dengan kondisi stabilitas makroekonomi yang terjaga dan implementasi UU Pengampunan Pajak yang berjalan dengan baik.
Dari sisi eksternal, penguatan rupiah terkait dengan meredanya risiko global, sejalan dengan semakin jelasnya arah kebijakan The Fed terkait FFR.
Namun sejak awal November hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53 persen menjadi Rp 13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS.
"Meski demikian, tekanan depresiasi yang terjadi pada rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan tekanan yang terjadi pada mata uang negara emerging lainnya," kata siaran pers BI yang ditanda tangani oleh Direktur Departemen Komunikasi BI, Arbonas Hutabarat.
"Secara year to date (ytd) nilai tukar rupiah masih menguat 2,97 persen," kata dia.
"Ke depan, Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," kata dia.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...