BKKBN: 37% Remaja Putri Alami Anemia
Kemenag dan BKKBN Luncurkan program pendampingan calon pengantin untuk menegah stunting.
BANTUL, SATUHARAPAN.COM-Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengatakan, sebanyak 37% remaja putri Indonesia mengalami anemia, dan hal ini bisa menjadi penyebab banyaknya stunting (kekerdilan) pada anak mereka.
“Setelah hamil, angkanya naik menjadi 48% anemia, akibatnya bayi yang dikandung tidak subur, bisa stunting,” katanya.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas bersama Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, meluncurkan program Pendampingan, Konseling, dan Pemeriksaan Kesehatan dalam Tiga Bulan Pranikah.
Ini sebagai upaya pencegahan stunting (kekerdilan) dari hulu kepada Calon Pengantin. Acara berlangsung di Pendopo Parasamya Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta, Jumat (11/3).
“Bantul bisa jadi percontohan karena jumlah stunting sekitar 14%, sesuai target nasional pada 2024,” kata Hasto Wardoyo.
Menag mengatakan bahwa pencegahan stunting adalah upaya penting dalam menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas. "Program pendampingan yang dirilis hari ini sangat penting dan sejalan dengan Program Bimbingan Perkawinan yang digulirkan Kemenag. Bimbingan Perkawinan adalah ikhtiar Kemenag dalam mencegah stunting."
Pencegahan stunting adalah perintah agama, bukan hanya perintah negara, katanya. Sebab, menyiapkan generasi terbaik adalah risalah nubuwwah. Pencegahan stunting juga tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga semua warga bangsa. Karenanya, diperlukan upaya kolaboratif dari seluruh stakeholders.
"Ketahanan keluarga satu pondasi ketahanan negara. Kita ingin generasi bangsa menjadi generasi yang mampu berkompetisi secara global. Keluarga menjadi palang pintu utama pada generasi mendatang," jelas Menag.
“Ke depan, kita akan perkuat kolaborasi dengan BKKBN dan pihak terkait lainnya. Isu stunting sudah masuk dalam program Bimbingan Perkawinan. Saya juga meminta Penyuluh Agama se-Indonesia untuk terlibat dan berkolaborasi dalam program ini. Mari kita bersama-sama memberi perhatian untuk penurunan stunting di Indonesia," sambungnya.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, sepakat jika pencegahan stunting hanya berkutat di hilir, maka kurang efektif. Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan sejak dari hulu. “Tadi pagi kami telah mengukuhkan tim percepatan penurunan stunting di Bantul,” katanya.
Bahkan, pihaknya mengalokasikan anggaran Rp 50 juta setiap pedukuhan. “Di antaranya digunakan untuk pencegahan stunting,” ungkap Halim.
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...