BMKG: Pesisir Banten Berpotensi Gempa dan Tsunami
PANDEGLANG, SATUHARAPAN.COM – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan pesisir pantai selatan Provinsi Banten masuk dalam kategori wilayah berpotensi gempa dan tsunami.
"Gelombang tsunami itu mulai dari pesisir Aceh, Padang Sumatera Selatan, Selat Sunda hingga pesisir selatan Pulau Jawa," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Jakarta Muhammad Riyadi saat acara "Workshop UPT BMKG dan BPBD" dalam memahami rantai peringatan dini tsunami di Pandeglang, hari Senin (19/10).
Potensi gempa dan gelombang tsunami pantai Selatan Banten tersebut karena letaknya berada di wilayah pertemuan (tumbukan) lempengan Samudera Hindia Australia-Benua Asia.
Wilayah lempengan itu di antaranya pesisir Aceh, Padang, Sumatera Selatan, Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa.
Untuk itu, pesisir selatan Provinsi Banten berpotensi gempa dan tusnami mulai pesisir pantai Merak, Cigading, Anyer, Carita, Panimbang, Sumur, Binuangeun, Malingping, Bayah hingga perbatasan dengan Sukabumi.
"Kami minta warga pesisir selatan Banten tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap gempa dan tsunami untuk meminimalisasi korban jiwa," katanya menjelaskan.
Menurut dia, sejauh ini ilmu pengetahuan teknologi juga peralatan secanggih apapun belum mampu mendeteksi secara persis waktu terjadinya gempa dan tsunami.
Karena itu, pihaknya berharap peringatan dini gempa dan tsunami harus secepatnya dilakukan sehingga masyarakat pesisir pantai selatan Banten bisa terselamatkan dari bencana tsunami tersebut.
Penyelamatan membutuhkan waktu selama 10 menit setelah terjadi gempa, sehingga korban tidak berjatuhan.
"Kita prihatin gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 lalu menewaskan ratusan ribu orang, perumahan, jalan dan jembatan serta kerugian Rp 45 triliun akibat ketidaktahuan pemahaman masyarakat terhadap bencana tsunami itu," katanya.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Kaprawi mengatakan saat ini di daerahnya yang masuk potensi gempa dan tsunami di enam kecamatan itu antara lain adalah Kecamatan Malingping, Wanasalam, Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Cilograng.
Masyarakat yang tinggal di pesisir selatan itu diharap tetap meningkatkan kewaspadaan guna menghindari korban jiwa.
Untuk mencegah risiko korban bencana alam, pihaknya sudah beberapa kali menggelar simulasi tsunami di pesisir selatan Lebak.
Pelaksanaan simulasi tersebut melibatkan masyarakat pesisir juga aparat desa dan kecamatan.
Kegiatan simulasi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang langkah pencegahaan bencana alam itu tidak menimbulkan korban jiwa.
Selama ini, pesisir selatan Kabupaten Lebak meliputi enam kecamatan tersebut masuk kategori rawan gempa dan tsunami karena terdapat di lempeng Asia.
Masyarakat pesisir disebutnya harus secepatnya menyelamatkan diri ke dataran tinggi jika gelombang tsunami terjadi.
"Kami merasa lega gedung evakuasi tsunami yang dibangun di Desa Muara, Kecamatan Binuangeun, sudah selesai," katanya.
Kepala Bidang Geologi Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Lebak Asep Budiarto mengatakan selama ini enam kecamatan di pesisir selatan Lebak masuk zona rawan gempa tektonik dan berpotensi tsunami.
Sebab daerah itu terdapat zona tumbukan lempengan antara Samudera Hindia Australia dan Benua Asia.
"Kami berharap BPBD terus melakukan sosialisasi maupun simulasi peringatan dini tsunami agar masyarakat memahami bencana tsunami untuk meminimalisasi kematian dan kerugian," katanya. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...