Bocah Vietnam Korban Senjata Kimia Kini Duta Perdamaian
WINNIPEG, SATUHARAPAN.COM – Bocah perempuan telanjang korban bom napalm—salah satu jenis senjata kimia—yang dipotret Nick Ut pada 1972, kini menjadi pendamping korban perang melalui yayasannya. Phan Thi Kim Phuc, yang empat tahun lalu memeluk Kristen, mengampuni para pelaku dan mendoakan mereka.
Anda mungkin tidak tahu namanya, atau bahkan apa-apa tentang dia. Namun, kemungkinan Anda telah melihat foto dirinya pada saat paling rentan dalam hidupnya.
Kim Phuc dikenal di seluruh dunia sebagai “the girl in the picture” setelah difoto sebagai bocah berlari telanjang di desa kecil Vietnam setelah bom napalm menyerang dan membakar pakaiannya.
Foto yang diambil fotografer Associated Press, Huỳnh Công Út—nama tradisional Nick Ut—dianggap sebagai salah satu foto paling dikenal di dunia. Wajah putus asa Phuc dan kulit terbakar menjadi citra perang, dan beberapa tahun kemudian, katalis untuk perdamaian.
Sekarang, Phuc adalah advokat untuk anak-anak korban perang. Ia juga simbol perdamaian. Pada Kamis (19/9), ia berhenti di Winnipeg, Kanada, untuk berbicara di berbagai media sebagai bagian dari perayaan Hari Perdamaian Internasional.
Saat-saat Sebelum Foto Itu Diambil
Phuc berusia sembilan tahun ketika foto ikonik diambil pada 1972, di tengah-tengah Perang Vietnam. Hari sebelumnya, keluarganya pindah dari rumah mereka ke kuil, percaya itu akan lebih aman di sana, tapi, Phuc mengatakan, “Pada masa perang, tidak ada tempat aman.”
Pada hari ketiga mereka tinggal kuil, tentara Vietnam Selatan tiba dan memberi tahu keluarganya supaya mengungsi. “Saya melihat pesawat menjadi sangat cepat, sangat dekat dan sangat keras. Lalu aku mendengar ‘bum-bum-bum-bum,’” kenangnya. “Saya melihat empat bom.”
Segera, Phuc melihat api mengurungnya. “Saya melihat api di lengan kiri saya,” katanya. “Saya takut sekali.”
Pakaian Phuc membakar tubuhnya, dan ia berlari bersama saudara dan neneknya, yang sedang memegang sepupu bayinya dalam pelukannya.
Phuc berlari sementara kulitnya mengelupas seperti lembar kertas. Akhirnya, ia berhenti.
“Aku berhenti dan berseru, ‘Sangat panas. Sangat panas,’” katanya. Seorang tentara terdekat menawarkan air dan menuangkan air di botolnya di atas luka bakar Phuc. ia pingsan setelah itu.
Saat ia berlari, fotografer Associated Press, Nick Ut, memfotonya, menangkap gambar yang tidak hanya akan mengubah cara orang melihat perang, tetapi juga memiliki kesan abadi tentang cara Phuc melihat dirinya.
Ketika ia siuman, ia menemukan dua sepupunya, usia 3 dan sembilan bulan, tewas dalam akibat bom itu.
Dia akan menghabiskan 14 bulan berikutnya di rumah sakit Vietnam dan menjalani 17 operasi, termasuk cangkok kulit yang menyakitkan, sebelum ia pulang.
Berdamai dengan Tubuhnya
“Saya pikir, ‘Ya Tuhan. Aku akan menjadi jelek,’” kata Phuc. Sebagai gadis Vietnam sembilan tahun, pikiran pertama Phuc adalah tentang cara orang lain akan melihat dia untuk sisa hidupnya.
Phuc tidak belum melihat foto Ut sampai ia keluar dari rumah sakit, lebih dari setahun setelah kejadian itu. Ayahnya mengeluarkan foto dia dipotong dari koran dan menunjukkan itu padanya.
"Saya sangat malu,” katanya. “Saya seorang gadis, kan?”
Phuc marah dan kesal ia telanjang, sementara saudara laki-lakinya berlari dengan pakaian. “Saya berharap gambar tidak pernah diambil,” katanya. Ia menolak foto itu sampai bertahun-tahun kemudian, ia berubah senang karena foto itu ada.
Selama bertahun-tahun dia berjuang dengan luka bakar dan rendah diri. “Saya membenci diri saya sendiri. Saya benci orang-orang yang berperang. Saya benci orang-orang yang normal,” katanya. “Saya iri pada mereka. Saya berharap saya akan menjadi normal.”
Hal sederhana seperti memakai kemeja lengan pendek bagi Phuc adalah hal yang tidak akan pernah mampu ia lakukan.
Konsep dirinya mulai berantakan sering ia menginjak akhir remaja, ketika ia belajar menjadi dokter. Teman-temannya sedang mendiskusikan siapa laki-laki yang mau berkencan dengan mereka, ketika salah satu teman membicarakan laki-laki sekelas mereka.
Phuc belum menunjukkan kepada teman-teman perempuannya tentang bekas lukanya. Namun, salah satu temannya mengaku bahwa ia tidak mungkin pernah berpacaran dengan laki-laki karena temannya itu punya bekas luka bakar kecil di tangannya yang ia dapat saat kanak-kanak.
“Saya mendengar itu. Lalu saya pergi dan menangis. Dan, saya mengeluh, ‘Siapa yang akan mencintai saya ?’”kata Phuc. “Jujur, saya tidak bisa tidur selama tiga ââ.”
Fokus pada Pengampunan
Konsep diri yang remuk dan kemarahan akhirnya diganti dengan pengampunan dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan. “Saya punya pilihan. Saya harus belajar memaafkan,” kata Phuc. “Saya bisa belajar dari masa lalu.”
Menyembuhkan kerusakan emosional itu jauh lebih sulit daripada pemulihan fisiknya. Dia bergabung dengan gereja dan perjalanan imannya membantunya mengubah sikapnya.
Sekarang, katanya, “Saya mendoakan mereka—semua orang yang menyebabkan penderitaan saya.”
Phuc telah berbicara tentang perdamaian dan perang di seluruh dunia dan bahkan sampai membuat Oprah Winfrey menangis selama wawancara. Ia berkata bahwa pesan yang paling penting ia sampaikan kepada para korban perang adalah tetap memiliki harapan untuk masa depan yang berbeda.
“Saya selalu mendorong orang-orang muda: ‘Buka pikiranmu dan lihat kebaikannya,’” katanya. “Sekarang, saya mencintai bekas luka saya. Hal ini mengingatkan saya di mana saya berasal.”
Mempromosikan kasih dan perdamaian telah menjadi misi hidup Phuc. Dan, foto yang awalnya ia harap tidak pernah diambil, telah memungkinkannya untuk melakukan itu, katanya.
“Saya dapat menggunakan gambar itu untuk perdamaian—untuk selamanya.”
Membantu Anak-anak Korban Perang
Sekarang, Phuc adalah warga negara Kanada dan mengelola Kim Foundation International Foundation, yayasan yang didedikasikan untuk membantu anak-anak korban perang. Perempuan yang pernah menjadi Duta UNESCO (badan PBB untuk pendidikan) mengatakan yayasan berfokus menolong anak-anak mendapatkan perawatan medis dan sekolah. Dia telah mengunjungi dan bekerja dengan ribuan anak-anak, beberapa menderita luka bakar seperti dirinya.
“Saya tidak harus mengatakan banyak hal ,” katanya. “Mereka cukup melihat gambar saya. Mereka tahu apa yang terjadi pada saya.”
Phuc awalnya ingin menjadi dokter, bercita-cita menjadi seperti orang-orang yang telah membantunya ketika ia terluka.
Dia mulai bersekolah di Vietnam ketika, setelah tahun pertama pada 1982, ia diambil dari universitas oleh pemerintah Vietnam. Phuc banyak dikunjungi jurnalis dari seluruh dunia. Dan, pemerintah pada saat itu melihat kesempatan untuk menggunakan Phuc untuk mewujudkan agenda mereka.
“Saya merasa begitu buruk. Namun, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya tidak punya pilihan,” katanya.
Ia tidak pernah bisa kembali ke sekolah kedokteran, tapi setelah mencari suaka di Kanada, dia mulai yayasannya.
Meskipun Phuc mengatakan dia ingin menawarkan perawatan medis untuk membantu orang-orang yang menderita seperti dia, sekarang dia bisa membantu mereka dengan cara lain. Ia membantu orang memahami rasa sakit.
Phuc Menikah dan Memiliki Dua Anak Remaja Laki-laki—Usia 16 dan 19.
“Saya punya dua anak laki-laki. Saya tidak ingin anak saya menderita seperti saya,” katanya. Tak lama setelah kelahiran salah satu anaknya, wartawan lain mengambil foto Phuc menggendong bayi dalam pelukannya, memamerkan bekas luka nya.
Foto itu adalah salah satu favorit nya. “Saya sangat menyukai foto itu,” katanya. “Aku mengangkat masa depan saya. Ini adalah foto yang indah. Itulah gambaran harapan dan penyembuhan.”
Dan dari bekas luka yang pernah ia benci, katanya, “Saya mencintai luka saya. Hal ini mengingatkan saya di mana saya berasal. Ketika hati Anda sembuh, tidak masalah pada penampakan luarnya.”
Phuc mengatakan ia berencana untuk terus berbicara di seluruh dunia untuk menyebarkan harapannya untuk perdamaian dan membantu anak-anak pulih dari cobaan berat yang mirip dengan dirinya sendiri.
"Saya berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Sekarang, saya di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat.”(cbc.ca)
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...