Bom Gereja Peshawar: Pemerintah Pakistan Dinilai Gagal Lindungi Kelompok Kristen
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Pakistan dipersalahkan karena gagal melindungi komunitas Kristen dari serangan kelompok sektasrian. Hal itu terkait dengan serangan bom di sebuah gereja di Peshawar, Minggu (22/9).
Pemerintah dinilai tidak tanggap terhadap kemungkinan serangan oleh kelompok teroris terhadap gereja. Sementara itu, Uskup Peshawar, Sarfarz Hemphray Petrus, menyatakan berkabung selama tiga hari bagi para korban.
Serangan pada hari Minggu itu menewaskan sekitar 80 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Petrus mengatakan, "Warga Kristen adalah Pakistan patriotik. Namun, ledakan terhadap Gereja merupakan tindakan terkutuk, apalagi terhadap orang yang tidak bersalah. Anak-anak dan perempuan tewas dalam aksi teror yang keji itu.”
Sementara itu, Dewan Agama-agama Dunia di Pakistan juga mengumumkan berkabungselama tiga hari. PCWR mengritik serangan terhadap komunitas Kristen. "Itu adalah ketidakadilan dengan membunuh manusia tanpa alasan dan kami menyerukan keamanan bagi kelompok minoritas."
Uskup Lahore (Emeritus), Dr Alexander Rt Rev John Malik mengatakan bahwa di Peshawar selama ini umat Kristen tidak pernah ditargetkan sejak terjadi perang melawan teror dimulai.
Dia percaya bahwa dalam saat sulit ini semua orang Pakistan harus bergandengan tangan dan mengungkapkan solidaritas. "Kekuatan negatif bisa dikalahkan dengan mempromosikan nasionalisme," kata dia menegaskan.
Suara Rakyat
Sementara itu, media online christianinpakistan.com menampilkan pandangan masyarakat, khususunya dari komunistas Muslim atas serangan bom teroris tersebut.
“Saya seorang Muslim Syiah dan saya sangat mengecam penyerangan ini oleh kelompok Taliban. Long Live Pakistan & Long Live Pakistani Christians,” kata seorang warga dalam akun Facebook.
“Saya muslim dari Peshawar, dan kami semua Muslim Pakistan bersama Anda dalam situasi yang serius ini,” kata yang lain.
Akun Facebook lain mengungkapkan, “Kami komunitas Muslim, khususnya Muslim Syiah Pakistan, bersama Anda pada masa sulit ini. Kami memahami penyarangan ini adalah kebrutalan. Kami juga tahu kelompok Kristen dan komunitas lain selalu mendukung kami dan bergabung dalam protes yang kita lancarkan (seperti dalam gambar ini).”
“Kami meminta maaf atas apa yang dilakukan orang terhadap komunitas Kristen Pakistan. Mereka membunuh orang tak bersalah atas nama Islam dan kemudian menyatakan dengan bangga mereka ada di balik peristiwa itu…. Sekarang kita adalah bukan Kriten, Muslim atau Hindu, tetapi kita adalah orang Pakistan,” kata seorang dalam akun itu.
Monumen Nasional
Gereja "Batu Pitih" (White Stone) yang dibom itu telah berumur 130. Bangunan diresmikan pada 27 Desember 1883. Sebuah prasasti pada dinding mencacat "Gereja ini didirikan untuk kemuliaan Tuhan dan didedikasikan untuk mengenang semua orang suci di tahun Tuhan kita Yesus Kristus, 1883."
Gereja itu mampu menampung sekitar 200 jemaat dalam ibadah. Pada satu dindingnya bertuliskan teks Alkitab dalam bahasa yang beragam, Persia, Urdu, Pashto, Arab, Inggris dan Ibrani. Di gereja ini juga tersimpan Alkitab tua berbahasa Inggris dan Ibrani yang dicetak pada 1906.
Sebuah lembaga bernama Frontier Heritage Trust (FHT) telah mengajukan kepada otoritas pemerintah untuk menetapkan bangunan tersebut sebagai bersejarah dan dinyatakan sebagai Monumen Nasional di bawah Undang-undang Federal tahun 1975.(christianinpakistan.com)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...