Bom Meledak di Depan Gereja di Pakistan 60 Tewas
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM - Bom meledak di bagian luar sebuah gereja di Peshawar Pakistan. Petugas medis, seperti diberitakan BBC News, mengatakan ledakan bom itu menewaskan 40 orang dan lebih dari 40 orang terluka. Berita terakhir yang dilansir The Telegraph menyebutkan korban tewas mencapai 60 orang.
Polisi menyebutkan dua pelaku bom bunuh diri meledakkan diri di luar gereja setelah menembak dua polisi yang berjaga di tempat itu seusai ibadah Minggu. Ibadah Minggu di All Saint Church yang berumur 130 tahun itu diikuti lebih kurang 350 orang. Dilaporkan di antara korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Korban diperkirakan bertambah mengingat banyak yang harus dilarikan ke rumah sakit karena terluka parah. Jumlah korban tewas bisa mencapai 200 orang mengingat gereja itu penuh, tutur Caroline White, salah satu jemaat, kepada The Telegraph. Ia mendengar semacam petasan dilemparkan ke gereja sebelum terjadi ledakan dahsyat.
Sahibzada Anees, dari pemerintah daerah, mengatakan kepada Associated Press bahwa ibadah Minggu di gereja itu selalu penuh. Pada akhir ibadah, jemaat akan bersantap bersama di halaman depan gereja. Ceceran nasi bercampur dengan darah, yang juga menodai dinding putih dan lantai gereja yang dibangun pada 1851 itu.
BBC menyebutkan, umat Kristen Pakistan mencapai 16 persen dari seluruh jumlah penduduk yang mayoritas Muslim. Kekerasan atas nama agama dan berbagai serangan kepada petugas keamanan meningkat di Pakistan beberapa bulan belakangan ini. Pada penggal akhir Agustus 2012, misalnya, muncul berita umat Kristen Pakistan menginginkan provinsi terpisah untuk melindungi mereka dari ancaman kekerasan. Pada Maret 2013, dilaporkan pula seorang anak laki-laki Kristen tewas dianiaya.
Protes
Ismail Karak, dari kepolisian, mengatakan sudah berhasil menemukan satu kepala dari dua pelaku bom bunuh diri itu. Pihaknya sedang mencari pelaku lainnya.
Imran Khan, mantan kapten cricket, dari Partai Tehreek-e-Insaf yang berkuasa di pemerintahan Provinsi Khyber Pukhtunkhwa, menyebut serangan tersebut sebagai tak berperikemanusiaan terhadap orang-orang tak berdosa. Menteri Kesehatan dari pemprov itu, Shaukat Yousafzai, mengatakan siapa pun yang berada di balik serangan itu tidak layak menyebut diri Muslim.
Warga di wilayah itu, yang didominasi umat Kristen dan minoritas Hindu, membakar ban dan menutup toko-toko sebagai bentuk protes atas kegagalan pemerintah untuk melindungi mereka. Kami sudah meminta jaminan keamanan kepada pemerintah mengingat meningkatnya ancaman kekerasan kepada kaum minoritas di Pakistan, kata Haroon Sardayal, Ketua All Pakistan Hindu Rights Movement, yang tinggal bertetangga dengan gereja.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...