Bom Meledak di Kawasan Hizbullah di Beirut
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Sebuah bom mobil menewaskan empat orang di selatan Beirut, Libanon hari Kamis (2/1). Hal itu meruupakan serangan keempat terhadap “ benteng” Hizbullah sejak kelompok Syiah itu mengumumkan terlibat intervensi di Suriah tahun lalu. Demikian dikatakan menteri kesehatan Libanon.
Pemboman itu terjadi hanya beberapa minggu setelah dua serangan bom bunuh diri yang menewaskan 25 orang di kedutaan Iran di wilayah yang sama, dan menandai bobolnya keamanan yang ketat di kubu Hizbullah.
Hizbullah pada April lalu menyebutkan bahwa pejuang mereka telah terlibat dalam perang sipil di Suriah, tetangga Libanon, bersama dengan pasukan Presiden Bashar Al-Assad. Hal itu mempertajam konflik sektarian antara Syiah dan pihak Sunni yang sebagian besar bersimpati pada pemberontak Suriah.
"Jumlah korban dari ledakan oleh teroris di Haret Hreik itu adalah empat tewas dan 65 luka-luka," kata Menteri Kesehatan, Ali Hassan Khalil, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Nasional Libanon (NNA).
Seorang fotografer dari AFP menyebutkan, akibat ledakan di daerah yang padat penduduk itu terlihat api dan asap mengepul dari kendaraan yang terbakar dan setidaknya tiga bangunan rusak.
Televisi Hizbullah, Al-Manar, menayangkan rekaman para petugas berusaha memadamkan kendaraan yang terbakar di tempat parkir di bawah sebuah bangunan yang telah terbakar habis.
"Serangan teroris itu menargetkan daerah perumahan padat penduduk, hanya 150 sampai 200 meter dari kantor biro politik Hizbullah," kata laporan Al-Manar. Distrik tersebut merupakan simbol bagi Hizbullah dan pernah menjadi basis banyak lembaga kepemimpinan di daerah. Studio Al-Manar yang dulu juga di lokasi itu hanya 200 meter dari ledakan.
Sebagian besar lingkungan itu menjadi puing-puing selama pemboman udara besar-besaran oleh Israel pada perang 2006 dengan Hizbullah, namun telah dibangun kembali.
Pelaku Yang Sama
Ledakan itu menghantam kawasan komersial yang sibuk di jalan Al-Arid. Presiden Libanon, Michel Sleiman, mengatakan bahwa bom mobil itu duilakukan oleh "tangan yang sama yang melakukan terorisme, pembunuhan dan perusakan di mana-mana di Lebanon."
Dalam sebuah pernyataan, dia juga menyerukan solidaritas di antara Lebanon dan dialog di antara pemimpin negara itu, dan menyerukan kepada aparat keamanan untuk melipatgandakan upaya mereka dan menangkap para pelaku untuk diadili.
Pejabat Perdana Menteri, Najib Mikati, mengatakan, " tangan terorisme tidak membedakan antara kami, dan tidak menginginkan stabilitas bagi negara ini. Sebaliknya, mereka merencanakan konspirasi keji untuk menenggelamkan Lebanon dalam perselisihan sektarian."
Kedubes Amerika Serikat dalam pesan di akun Twitter menyebutkan, "Kami mengecam pemboman teroris saat ini di # Dahieh # Beirut bela sungkawa kami kepada para korban dan keluarga mereka."
Serangan Keempat
Serangan hari Kamis adalah serangan bom keempat di Beirut selatan sejak Hizbullah mengumumkan terlibat pertempuran di Suriah. Sebelum dua pemboman terjadi di kedutaan Iran. Satu serangan menewaskan 27 orang pada 15 Agustus. Ledakan kedua pada awal bulan ini melukai 50 orang.
Serangan hari Kamis itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan Sunni - Syiah selama perang sipil Suriah. Dan terjadi kurang dari seminggu setelah serangan bom mobil di pusat kota Beirut yang menewaskan delapan orang, termasuk mantan menteri keuangan yang anti Suriah, Mohammed Chatah (Shatah).
Pada hari Kamis mantan perdana menteri Libanon, Saad Hariri yang juga anti Suriah mengecam pembunuhan mantan penasihatnya itu dan menyebutnya sebagai "tindakan jahat."
Sehari sebelumnya, Menteri Pertahanan Libanon, Fayez Ghosn, mengungkapkan bahwa tentara telah menangkap pemimpin kelompok Al -Qaeda yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan kedutaan Iran.
Majid al- Majid, "emir" dari Brigade Abdullah Azzam, yang berkebangsaan Arab Saudi tengah diinterogasi di sebuah lokasi rahasia, kata Ghosn.
Kekerasan diulang dalam kekerasan terjadi di tengah krisis politik besar di Lebanon berkaitan dengan perang di Suriah .
Perpecahan di antara kelompok pro dan anti Damaskus telah menghambat pembentukan pemerintah baru sejak kabinet Najib Mikati mengundurkan diri pada bulan April.
Damaskus mendominasi Lebanon selama hampir 30 tahun sampai tahun 2005, setelah ayah Saad Hariri, yaitu mantan Perdana Menteri Libanon, Rafiq Hariri, terbunuh oleh bom mobil. Meskipun Suriah telah menarik pasukannya dari Libanon, rezim Bashar Al-Assad masih memiliki pengaruh melalui sekutu-sekutunya di negara itu. (ahram.org.eg)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...