Boy from Jakarta
Apakah kita sungguh mencintai Indonesia?
SATUHARAPAN.COM – Wacana mengenai orang Indonesia asli dalam media massa beberapa hari ini mengingatkan saya ketika mengikuti Youth Exchange Student ke Belanda yang diselenggarakan Lions Club. Anak dari keluarga yang menampung saya tinggal dengan antusias memperkenalkan saya dengan temannya, yang dia sebut ”boy from Jakarta”.
Dengan hati senang, merasa akan mendapat teman setanah air di negeri asing, saya menyambut uluran tangannya, dan bertanya, ”Hai… siapa nama Kamu, sudah berapa lama Kamu di sini?” Namun, dia diam mengernyitkan dahi, kemudian berkata kepada temannya menggunakan bahasa Belanda yang tidak saya mengerti, dan teman tersebut menerjemahkan dalam bahasa Inggris. Ternyata ”boy from Jakarta” itu tidak dapat berbahasa Indonesia sama sekali. Dengan bantuan kawannya yang menjadi penerjemah kami, akhirnya saya mengetahui bahwa dia sejak bayi sudah diadopsi oleh keluarga Belanda.
Tampang Jawa asli, kulit sawo matang, sungguh aneh ketika dia sama sekali tidak dapat berbahasa Indonesia, apalagi Jawa. Dan saat memperkenalkan negara masing-masing, sayalah yang bermata sipit, mempresentasikan tentang Indonesia dan budayanya. Untung saja saat itu tidak ada peserta dari Tiongkok karena jika mereka mengajak saya berbicara dengan bahasa Mandarin, mungkin mereka juga akan merasakan keanehan yang sama dengan apa yang saya rasakan.
Ketika pertentangan tentang keaslian Indonesia diperdebatkan, baiklah kita menelisik hati kita yang terdalam, apakah kita betul mencintai Indonesia? Bagaimana perlakuan kita terhadap suku-suku pedalaman Indonesia yang berada jauh di pelosok sana? Jika diperdebatkan keasliannya, bukankah sejujurnya mereka lebih asli karena belum tercampur dengan suku dan kebudayaan lain.
Memilih kriteria pemimpin yang jujur dan mengasihi Indonesia dengan keragamannya memang tidak mudah. Bagaimana jika tampangnya Indonesia, tetapi semua pakaian, tas dan sepatunya merek dari luar negeri? Atau bagaimana jika namanya menyandang marga suku Indonesia, namun tampangnya blasteran?
Ini tentu menjadi bahan pemikiran kita semua agar pemimpin yang memimpin kita adalah pemimpin yang berhati Indonesia dan adil. Karena itu, marilah kita bawa dalam doa tak jemu-jemu, agar Sang Pengasih memberikan mandate-Nya kepada orang yang tulus mengasihi Indonesia, bijak dan arif untuk membawa Indonesia lebih maju dan jaya.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Operasi Mulai ...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM-Sindikat uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar te...