Brasil Berupaya Lindungi Masyarakat Adat dari Pandemi Corona
BRASIL, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Brasil melarang orang yang bukan warga masyarakat adat memasuki wilayah masyarakat adat, untuk menghentikan penyebaran virus corona di desa mereka, dan akan mendistribusikan masker, sarung tangan, alat tes, dan makanan ke komunitas mereka, kata para pejabat pada Senin (13/4).
Epidemi ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa 850.000 penduduk asli Brasil berisiko terdampak keras oleh virus, karena mereka tidak memiliki pertahanan terhadap penyakit yang dibawa dari luar, dan banyak yang tinggal di rumah-rumah komunal di mana jarak sosial tidak mungkin diterapkan.
Sejauh ini, otoritas kesehatan melaporkan tiga kematian penduduk asli, termasuk seorang pemuda berusia 15 tahun dari wilayah yang luas di mana 25.000 suku Yanomami tinggal di perbatasan dengan Venezuela.
Menteri Perempuan, Keluarga dan Hak Asasi Manusia, Damares Alves, mengatakan pemerintah akan menghabiskan 4,7 miliar reais ($ 904 juta) atau Rp14,2 triliun hingga Juni, untuk melindungi komunitas tradisional dari virus corona baru, yang juga mencakup kelompok gipsi dan keturunan budak yang melarikan diri yang tinggal di daerah terpencil.
Pemerintah, akan mendistribusikan 1 juta masker pelindung dan sarung tangan ditambah 6.000 alat tes kepada suku asli, dan menyediakan 300.000 keranjang makanan, sehingga mereka tidak harus meninggalkan tanah mereka untuk mendapatkan makanan, katanya dalam konferensi pers.
"Pemerintah telah menangguhkan masuknya orang ke tanah adat," kata Alves, menyetujui permintaan utama dari para pemimpin suku untuk mencegah penularan. Beberapa suku di Brasil utara telah membuat penghalang untuk menghentikan orang luar.
Menteri Kehakiman Sergio Moro, yang bertanggung jawab pada badan urusan adat Funai, mengatakan aparat penegak hukum setempat akan digunakan untuk membantu membangun penghalang untuk melindungi dan mengisolasi komunitas tradisional.
Dalam ketiga kasus kematian penduduk asli, penularan datang dari luar desa kesukuan, kata Moro, seraya menambahkan bahwa Polisi Federal di bawah komandonya bertindak untuk menghentikan para penambang illegal, dan perambah lainnya yang memasuki wilayah adat.
Ribuan penambang emas liar saat ini berada di dalam reservasi Yanomami, kata para pejabat.
Selama berabad-abad, penyakit mulai dari flu sederhana hingga cacar dan campak yang dibawa oleh orang Eropa telah menghancurkan masyarakat adat di Amazon, suatu bahaya yang terus mengancam suku-suku yang wilayahnya telah dirambah oleh penambang, penebang, dan pemburu.(Reuters/Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...