Buah Kebersamaan adalah Keadilan dan Perdamaian
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Buah dari kebersamaan (unity) adalah perdamaian dan keadilan. Demikian refleksi yang mengemuka dari konferensi yang diselenggarakan Dewan Gereja-gereja Sedunia (World Council of Churches) di pusat Ekumenis di Jenewa dalam kerja sama dengan Gerakan Focolare.
Konferensi itu juga untuk mengenang pendiri Focolare Movement (Chiara Lubich) yang meninggal lima tahun lalu. Acara ini dihadiri peserta dari berbagai gereja. Lubich dikenal aktif dalam mempromosikan perdamaian, persatuan gereja dan dialog antar-agama dan merupakan mitra WCC sejak 1967 hingga meninggal di tahun 2008.
Lubich juga memperoleh Penghargaan UNESCO untuk Pendidikan Perdamaian di 1996 dan dari Majelis Parlemen Eropa memberikan penghargaan di bidang hak azasi manusia pada tahun 1998.
Acara dibuka oleh Wakil Sekjen WCC, Georges Lemopoulos. Maria Voce, ketua Gerakan Focolare, dalam pesannya menyebutkan tentang kekaguman yang mendalam bagi semua orang, terlepas dari afiliasi agama mereka, yang bekerja untuk persahabatan universal yang berpusat pada saling mengasihi. “Hal itu mengubah pekerjaan kita bersama dalam hubungan kita dengan orang lain," kata Voce.
Para peserta mengungkapkan bahwa Lubich memberi inspirasi yang mendorong komitmen mereka untuk perdamaian di dunia politik. Dr Martin Robra, direktur program untuk studi ekumenisme mengatakan, elemen sentral dalam pemikiran Chiara Lubich adalah harapan dan solidaritas di tengah-tengah tragedi yang berlangsung hari ini di dunia, seperti Suriah."
Maria Francisca Ize-Charrin, mantan direktur di Kantor Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia, mengungkapkan tentang aspek pengakuan universal hak azasi manusia dan perlindungan individu. "Gerakan Focolare harus mendorong anggotanya untuk menjadi lebih terlibat dalam kehidupan publik dalam melaksanakan hak azasi manusia. Mereka dapat melakukan hal ini dengan menunjukkan bagaimana membangun kesatuan dengan mereka yang paling meninggalkan, mempromosikan dan pelaksanaan hak azasi manusia," kata Ize-Charrin.
Ada Marra, seorang anggota Parlemen Swiss, menyatakan keinginannya untuk mempertahankan dialog dengan rekan-rekannya, meskipun ada perbedaan politik. Dia menekankan pentingnya hubungan personal yang baik, menghormati perbedaan pendapat dan ideologi, untuk "menghindari menghakimi orang hanya dengan apa yang mereka katakan dan mencoba untuk menempatkan diri pada posisi mereka sehingga mungkin ada kesatuan."
Dalam diskusi, Dr Cornelio Sommaruga, mantan presiden Komite Internasional Palang Merah, mengenang bagaimana Seruan Spiritual Jenewa yang ditandatangani oleh sejumlah tokoh internasional dan lokal pada tahun 1999, telah dipengaruhi oleh pendekatan Lubich untuk dialog antar-iman.
Prof. Ioan Sauca, direktur Ecumenical Institute di Bossey, mengungkapkan kontribusi Lubich dalam peningkatan kesatuan antara anggota, kemitraan dengan para guru agama-agama lain, dan keterbukaan untuk menyambut peserta dari gerakan-gerakan keagamaan baru, termasuk Pantekosta."
Peserta lain juga berbagi refleksi yang sama, mengatakan bahwa "mengikuti teladan inspirasional Chiara Lubich harus dimulai dengan hubungan antara pribadi-pribadi yang bertekad untuk bekerja untuk perubahan sosial yang mendalam, memberikan kontribusi bagi terciptanya perdamaian."
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...