Budaya Malu
Mari kita kembangkan!
SATUHARAPAN.COM – Pebulutangkis nomor dua dunia asal Jepang, Kento Momota, menerima sanksi dari Asosiasi Bulutangkis Jepang. Asosiasi Bulutangkis Jepang mencoret Momota untuk mengikuti Olimpiade 2016 di Brasil pada Agustus. Pasalnya atlet berusia 21 tahun itu terbukti melakukan tindakan ilegal yakni berjudi. Momota dan rekannya di Timnas Jepang, Kenichi Tago, mengaku berjudi di sebuah kasino di Jepang.
Menyesali atas tindakannya, Momota akhirnya meminta maaf dan mengakui apa yang diperbuat. Ia merasa telah mengkhianati seluruh warga negara Jepang. ”Saya minta maaf kepada mereka yang telah membesarkan saya hingga hari ini. Saya telah mengkhianati mereka semua dan saya sangat menyesal,” katanya.
Bulan Februari lalu seorang parlemen bernama Kensuke Miyazaki mengundurkan diri karena melakukan perselingkuhan beberapa hari sebelum istrinya melahirkan. Dia mengundurkan diri dari jabatan Parlemen untuk prefektur Kyoto. ”Saya sangat menyesal melakukan hal kejam kepadanya setelah melahirkan. Saya tulus meminta maaf telah menyebabkan keributan,” katanya sembari menundukkan kepala sebagai permohonan maafnya pada saat konferensi pers pengunduran dirinya.
Sebelumnya lagi, tepatnya 28 Januari 2016, Menteri Ekonomi Jepang, Akira Amari mengundurkan diri dari jabatannya karena diduga menerima 12 juta Yen (1,5 M rupiah) dari perusahaan konstruksi. Meskipun dia membantah menerima dana itu dan PM Jepang Shinzo Abe masih mengharapkan dia di posisi itu, Akira Amari tetap mengundurkan diri. ”Dengan mempertimbangkan tanggung jawab sebagai anggota parlemen, tugas saya sebagai anggota kabinet dan harga diri sebagai politikus, saya mengundurkan diri dari jabatan saya mulai hari ini,” tuturnya seraya menundukkan kepala.
Budaya malu dan merasa bersalah begitu kental dalam kehidupan mereka. Bukan pada selembar keras Pakta Integritas, melainkan nyata dalam hidup mereka. Mereka tidak sungkan untuk mengundurkan diri bahkan melakukan harakiri ketika menyadari bahwa mereka bukanlah pribadi yang bertanggung jawab. Ini adalah bagian dari budaya Jepang sejak beberapa abad yang lalu.
Penyesalan dan pengakuan dosa juga bagian dari spiritualitas Kristen. Keduanya adalah praktik di mana kita melihat diri kita sebagaimana adanya kita, membuka semua topeng yang ada, melepaskan semua citra palsu. Dengan demikian pertobatan sejati akan dialami. Ketika pengampunan dan penerimaan Tuhan kita alami, pasti budaya malu menjadi ciri hidup kita ketika kita melakukan perbuatan yang tidak benar, sekalipun orang lain tak melihatnya.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...