Buku: 99 Inspirasi Merawat Kebinekaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tinggal di Indonesia, tak bisa lain kecuali harus mengembangkan toleransi, yang satu menenggang yang lain. Sebab, jika toleransi diabaikan, maka peluang rumah Indonesia hancur cukup besar.
Hal itu diungkapkan oleh Abdul Moqsith Ghazali, Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, dalam prolog pada buku berjudul ‘’99 Inspirasi Merawat Kebinekaan’’. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, bekerja sama dengan Satuharapan.com.
Menurut Abdul Moqsith Ghazali yang juga dosen pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, kita ditakdirkan untuk tinggal di ‘’rumah’’ Indonesia... Di rumah ini ada yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Ada juga yang memeluk agama dan kepercayaan yang (konon) murni lahir dari Indonesia, seperti Kaharingan, Sunda Wiwitan, Tolotang, dan lain-lain.
Pancasila, menurut wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU ini, yang mendasari ‘’rumah Indonesia’’ itu menghadapi banyak tantangan, dan meninggalkannya bisa menjadikan Indonesia terpecah. Maka, kebhinekaan itu harus dirawat.
Menurut Yoel M. Indrasmoro, editor buku itu, kebhinekaan bukanlah sesuatu yang abstrak, tetapi sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan berbangsa. Hanya persoalannya, meski bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika, diskriminasi masih sering terjadi di Indonesia.
Hikmat Keseharian
Buku ‘’99 Inspirasi Merawat Kebinekaan’’ merupakan kumpulan tulisan yang pernah dimuat pada rubrik ‘’Inspirasi’’ di media berita online satuharapan.com. Tulisan pendek yang memberi inspirasi bagi kehidupan ini disajikan tiap hari dari penulis-penulis dengan latar belakang yang beragam.
Tulisan-tulisan itu mengenai berbagai hal dari refleksi tentang kehidupan sehari-hari di sekitar kita yang nyata. Tulisan yang pendek dan enak untuk dibaca bagi banyak kalangan diharapkan memberi inspirasi bagi setiap pembacanya.
Di antara tulisan tersebut, diambil 99 judul (dari 38 penulis) yang menyajikan refleksi di sekitar perbedaan dan merawat kebhinekaan sebagai berkah kehidupanbersama. Tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan dalam buku tersebut. Menurut redaksi satuharapan.com, tulisan yang lain akan disajikan juga dalam bentuk buku dengan tema yang berbeda.
Sementara itu, dalam epilog buku ini, Dr. Martin Lukito Sinaga menyebutkan bahwa dalam medan kehidupan, keseharian itu ternyata merebak tanpa henti gelagat-gelagat heterogenitas dan kebinekaan.
Dari berbagai siasat dan hikmat harian yang muncul, maka semua itu akan membawa kita pada sikap kreatif, yang lalu menjadikan kita aktor penemu alternatif di setiap tantangan.
Menyinggung salah satu tulisan, Martin Lukito Sinaga menyebutkan bahwa kalau kita hendak menjadi sesama bagi saudara-saudara kita, tak ada jalan lain kecuali merawat serba-serbi suara dari kebinekaan hidup itu, lalu sebisa kita memahaminya dan mau berbagi sukacita di jalan-jalan hidup yang bersimpang banyak itu.
Dia menyebutkan kisa-kisah inspiratif (dalam buku ini dan di satuharapan.com) memang seperti hikmat yang berseru nyaring di jalan-jalan. ‘’Dengarkanlah, dan masukilah!’’
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...