Bupati Wonosobo: Pemimpin Tidak Perlu Rumit dalam Melindungi Kelompok Minoritas
DEPOK, SATUHARAPAN.COM - Bupati Wonosobo, Kholig Arif, menyatakan bahwa sebagai pemimpin tingkat daerah atau pusat tidak perlu rumit dalam memberikan perlindungan terhadap kelompok minoritas, perlindungan dapat diberikan baik melalui kebijakan pemerintah maupun dalam perilaku sederhana.
"Pemimpin yang diharapkan Indonesia hari ini adalah sederhana dan tegas, dan tidak terlampau rumit. Meskipun persoalannya begitu rumit, tetapi kerumitan itu dikeluarkan dalam komposisi sederhana, dalam pengertian filosofis dan perilaku sederhana."
Pernyataan Kholig Arif disampaikan kepada satuharapan.com setelah mengikuti acara Roundtable Discussion tentang Minoritas di Asia Tenggara: Perspektif Akademik, Aktivis dan Agama-agama, di Kampus Universitas Indonesia, Depok, pada hari Kamis (18/7) lalu yang diselenggarakan oleh Abdurrahman Wahid Center Universitas Indonesia (AW Center UI).
"Indonesia ini ruwet karena perilaku Negara-nya ngga sederhana," kata Bupati yang pernah bekerja sebagai wartawan. "'Negara ini adalah wali, wali itu penanggung-jawab, yang mengurusi orang yang butuh diurusi,'" kata Kholig Arif.
Perlindungan Minoritas
Pekan lalu, AW Center UI pada acara ulang tahun pertamanya mengundang Bupati Wonosobo, H.A. Kholig Alif agar membagikan pengalaman, dalam kapasitasnya sebagai kepala daerah yang selama ini mampu melindungi kelompok minoritas dan melestarikan kerukunan umat beragama di kabupaten Wonosobo.
Sejak pasca reformasi, Wonosobo menghadapi berbagai masalah sosial mulai dari tawuran antar-kampung, kerusuhan, hingga tindakan kriminalitas yang cukup tinggi, namun dalam kepemimpinan Kholig yang dimulai tahun 2005, telah dilakukan upaya-upaya integrasi untuk meningkatkan kerukunan di Wonosobo.
Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan melaksanakan pertemuan lintas agama secara rutin, melakukan komunikasi secara intensif terkait pemeliharaan kerukunan dan peningkatan kualitas moral dan pendidikan karakter bagi masyarakat, berupaya menyukseskan program peningkatan kualitas hidup masyarakat (Senja Keluarga).
Kesaksian Tokoh Minoritas
Beberapa tokoh kelompok minoritas di Wonosobo mengatakan bahwa kelompok mereka dilindungi oleh Pemda kabupaten Wonosobo. "Penanggalan Aboge di Wonosobo masih lestari dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Wonosobo, yang biasanya terdapat di dusun-dusun dan pedalaman, dan (kami) dilindungi oleh pemerintah kabupaten Wonosobo dalam pelaksanaan atau dalam eksistensi penanggalan Aboge," kata tokoh penganut Aboge, Sarno Kusnandar.
Sementara itu, tokoh Syiah Wonosobo, Muhammad Arman Jauhari menyatakan bahwa komunitas mereka dilindungi dan beberapa anggota fungsionaris mereka dilibatkan dalam pemerintahan. "Kami diberikan kepercayaan, dapat mengaktualisasikan dalam pemerintahan Wonosobo. Atas sikap perlindungan yang diberikan Pemerintah Daerah terhadap komunitas minoritas di Wonosobo, kami merasa mesti berpartisipasi, dalam kemampuan kami yang ada bagi pemerintah daerah Wonosobo."
Selanjutnya, Mubaligh Jemaah Ahmadiyah, Sajid Sutikno menyatakan Jemaahnya terlindungi selama ini di Wonosobo dan dapat berinteraksi baik dengan kelompok mayoritas lainnya. "Jemaah Ahmadiyah ada di 15 kecamatan, sekitar 6000 orang. Selama ini dapat hidup rukun dengan sewajarnya. Perlakuan pemerintah Wonosobo terhadap minoritas, terutama terhadap jemaah Ahmadiyah sangat baik, sehingga kita dapat beribadah dengan tenang, cukup terlindungi."
Editor : Yan Chrisna
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...