Buya Maarif: Komisioner KPK Harus Petarung Sejati
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Badan antirasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), saat ini tengah mencari komisioner baru untuk menggantikan wajah lama. Sebagai upaya tersebut, Presiden Joko Widodo telah melantik Panitia Seleksi (Pansel) yang terdiri dari sembilan orang perempuan, atau dikenal dengan sembilan Srikandi.
Lewat merekalah nasib pemberantasan korupsi di Indonesia beberapa tahun ke depan akan ditentukan. Pasalnya, sembilan perempuan ini diharuskan mencari dan memilih komisioner KPK yang benar-benar tepat, berani, dan berintegritas untuk memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi.
“KPK mudah-mudahan bisa hidup kembali, menggeliat kembali. Tergantung siapa nanti yang jadi komisionernya yang dipilih oleh sembilan Srikandi. Kalau ketemu orang-orang yang tepat, bukan hanya tepat, berintegritas, dan berani, tapi juga harus petarung sejati. Jadi komisioner KPK itu harus jadi petarung sejati untuk tujuan yang besar, bukan untuk dirinya tapi untuk tujuan bangsa dan negara. Dan kita punya banyak potensi untuk itu,” demikian disampaikan oleh Buya Syafii Maarif saat ditemui usai dialog kebangsaan “Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan” pada Kamis (28/5) di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Kapasitas sembilan Srikandi memang tidak sepenuhnya dapat diterima oleh sebagian kalangan. Bahkan ada sejumlah komentar miring tentang kapasitas sembilan perempuan yang telah dipercaya oleh Presiden Joko Widodo.
“Kita beri kesempatan kepada mereka karena itu kejutan dari presiden, tidak terduga sama sekali. Ya walaupun ada yang tidak suka. Kalau saya, beri kesempatan untuk bekerja. Tunjukan bahwa perempuan, Srikandi sembilan itu kualitasnya mungkin lebih tinggi dari laki-laki. Itu harapan saya,” ungkap Buya Syafii Maarif.
Menyoal nasib KPK ke depan, saat ini banyak hal yang mendera KPK. Unsur kriminalisasi menjadi salah satu isu paling santer yang mengemuka, khususnya perseteruan antara KPK dan Polisi. Menurut Buya Syafii, kriminalisasi tersebut akan hilang dengan sendirnya.
“Kriminalisasi masih berlangsung, tapi saya rasa lama-lama akan bosan dengan sendirinya. Pertarungan polisi dengan KPK bukan hal yang baru. Dulu ada Cicak vs Buaya, kemudian ada simulator SIM. Itu ada perebutan lahan. Mungkin ada lahan polisi yang terganggu oleh KPK,” ungkap mantan Ketua Tim 9 yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo untuk menengahi konflik KPK dengan Polisi ini.
Hal lain yang saat ini sedang hangat diperbincangkan menyoal KPK adalah kekalahan dalam proses praperadilan. Kekalahan ini dikhawatirkan akan memunculkan gelombang praperadilan bagi tersangka maupun narapidana korupsi yang kini tengah mendekam di tahanan. Namun, meskipun ancaman tersebut cukup nyata, Buya Syafii masih menunjukkan sisi optimis terhadap situasi yang sedang mendera KPK tersebut.
“Saya rasa mudah-mudahan itu bersifat sementara. Dan juga hakim-hakim ini pakai hati nurani. Jadi bukan semata-mata pasal-pasal, tapi hati nurani untuk kepentingan bangsa,” pungkas Buya Syafii.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...