Bye Stress di Lingkup Kerja
Amsal 3:5-6, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."
SATUHARAPAN.COM - Stres merupakan respons tubuh manusia karena adanya tekanan secara secara fisik, pikiran dan emosi. Stres menjadi hal yang lumrah dialami sebagai manusia, apalagi manusia yang bekerja. Pemicu stres beragam dan cara mengelolanyapun bisa beragam.
Pengelolaan stress menjadi penting bagi para pekerja maupun perusahaan karena berhubungan dengan dampaknya pada produktivitas kerja serta kinerja. Ada pekerja yang stres tatkala diberikan pekerjaan yang menumpuk dan beban kerja yang melebihi waktu yang dimilikinya. Overload pekerjaan dan life balance terganggu dan tidak seimbang. Namun sebaliknya ada pekerja yang stress jika tidak banyak pekerjaan yang diberikan kepadanya sebagai tanggung jawabnya.
Rasa jenuh dan burnout bisa muncul karena didorong oleh pertanyaan oada diri sendiri, apakah masih dianggap kompeten bekerja? Apakah punya kekurangan sehingga tidak diberi tanggung jawab khusus?
Penyebab Stres
Faktor penyebab stres sangat beragam. Stres bisa disebabkan karena adanya ketidakjelasan peran ditempat kerja. Lazimnya setiap pekerja akan mendapatkan deskripsi jobdesc yaitu rangkaian tugas, tanggung jawab sesuai dengan posisi dan jabatannya. Namun saat peran, tugas dan tanggung jawab yang tertulis di jobdesc tidak sesuai dengan prakteknya, makan akan menimbulkan stres. Ketidaksesuaian peran bisa menjadi stressor.
Beban kerja yang kurang atau malah sebaliknya beban kerja yang berlebihan secara kuantitas dan kualitas akan meimbulkan stres. Ketidakadilan di tempat kerja dalam hal promosi ataupun jenjang karier juga akan menimbulkan stress tersendiri.
Stres di tempat kerja tidak boleh diabaikan oleh perusahaan. Bagian SDM (Sumber Daya Manusia) tidak boleh menganggap sepele stress di tempat kerja karena akan berdampak pada pekerja dan perusahaan itu sendiri.
Data ILO di tahun 2022 memperkirakan ada sekitar 12 miliar hari kerja hilang setiap tahun yang disebabkan karena depresi dan kecemasan. Di berbagai belahan negara-negara stress juga menyebabkan kerugian perusahaan karena terjadi penurunan produktivitas kerja, ketidakhadiran pekerja, hingga penggunduran diri pekerja yang meningkat. Belum lagi peningkatan biaya pengobatan akibat penyakit yang dipicu stress. Pekerja yang stress secara fisik maka akan memicu terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, dan gangguan makan, hilang nafsu makan atau malah sebaliknya makan secara berlebihan.
Dalam relasi dengan diri sendiri, stress akan mengakibatkan pekerja merasa cemas dan panik serta mudah marah. Para pekerja yang bekerja di kota-kota besar di Indonesia terutama di Jakarta dan sekitarnya, harus berjibaku dengan kemacetan jalanan, berdesakan di kendaraan umum, polusi udara selama perjalanan ke kantor dan pulang kantor yang sudah menimbulkan stress dalam keseharian, diluar dari pekerjaannya sendiri.
Pengelolaan Stres
Stres harus dikelola sejak awal. Setiap pekerja perlu diperlengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan stres. Demi membangun resiliensi atau ketahanan pekerja dalam menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab di pekerjaan, maka tanda-tanda stres harus dikenali. Dalam tingkatan kadar stress ringan, sedang dan berat bisa ditandai dari intensitas gejala-gejala fisik antara lain: sering merasakan sakit kepala, kehilangan nafsu makan, tidur tidak nyenyak atau waktu bangun tidur tidak merasakan bugar dan segar, mudah merasakan cemas, takut, kwatir. Tangan gemetar, sering menangis tanpa sebab, mudah marah, tidak merasa bahagia hingga tidak bisa menikmati aktvitas sehari-hari. Dalam pekerjaan terbengkalai, tidak menaruh minat dalam pekerjaan dan tugas, rasa tidak enak di perut sampai pikiran untuk mengakhiri hidup. Gejala-gejala ini harus dideteksi sejak awal.
Pekerja dan perusahaan harus bekerjasama untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan dukungan psikososial dan psiko-spiritual melalui kanal-kanal pendekatan dan pengelolaan secara one on one per individu, dalam tim kerja unit, departemen ataupun lintas departemen di perusahaan. Latihan self care yatu kemampuan untuk merawat, menjaga dan dan memelihara kesehatan fisik dan psikis. Ruang sosial untuk saling berinteraksi antar pekerja tanpa penghakiman akan menciptakan ruang aman yang baik. Kerjasama dengan tenaga ahli yaitu konselor ataupun psikiater bahkan tokoh-tokoh agama menjadi pihak-pihak rujukan yang bisa digandeng untuk upaya pencegahan dan penanganan stress pekerja. Tiga aspek yaitu individu pekerja, lingkungan, organisasi atau perusahaan harus bekerjasama untuk mendukung pekerja yang sehat fisik, jiwa dan spiritualitasnya.
Selamat tinggal stress di lingkungan kerja.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...