Cangkoreh, Bambu Berkasiat Obat

SATUHARAPAN.COM - Di antara berbagai jenis bambu, cangkoreh (Dinochloa scandens) mempunyai keistimewaan, karena buluhnya sering mengandung air. Di Kalangan masyarakat Sunda, khususnya di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, air dari bambu ini digunakan untuk obat tetes mata, atau kurap. Bahkan ada yang menggunakan air ini untuk obat TBC. Sedangkan rebungnya, seperti pada jenis lain bisa dimakan sebagai sayuran.

Bambu cangkoreh termasuk jenis bambu yang memanjat. Batangnya kecil menjalar di antara pohon-pohon lain. Rumpunnya jarang. Buluhnya bahkan sering tidak berlubang di tengahnya. Warnanya hijau dan sering bermiang kasar. Bila masih muda, buluh ini berlapis lilin. Buku-bukunya membengkak, dan pada bekas pelepah buluh yang jatuh berwarna coklat.

Cabang-cabang tumbuh pada buku bagian tengah buluh. Cabang primer tumbuh tegak, dan besarnya sama dengan buluh utama. Bila cabang primer tidak tumbuh, cabang sekunder yang banyak akan tumbuh, kecil-kecil dan sama besar. Pelepah buluh biasanya mudah jatuh, dan mempunyai daun yang sedikit melebar. Terdapat kuping pelepah buluh, tetapi mudah jatuh. Daun-daun pada rantingnya mempunyai ukuran yang bernacam-macam, biasanya berwarna agak keungu-unguan.

Bambu ini tanaman asli Asia tropika. Di Indonesia terdapat di bagian Barat dan Tengah. Tempat tumbuhnya ialah hutan pada ketinggian 200 - 1.200 meter dari permukaan laut. Buluh bambu ini sangat kuat, dan biasa dipakai untuk anyaman atau tali.

Perbanyakannya belum diketahui dengan pasti apakah dengan biji atau rimpangnya. Tetapi jenis ini jelas menghasilkan biji-biji dengan ukuran yang cukup besar (garis tengah lima milimeter). Biji ini berbentuk bulat panjang. Namun belum banyak dilaporkan perkecambahannya.

Masih banyak hal dari jenis ini yang masih harus diteliti. Padahal keanekaragaman pada jenis ini cukup besar. Bahkan yang perlu diteliti bukan hanya aspek biloginya, tetapi juga kemungkinan pemanfaatannya.

(Puslitbang Biologi-LIPI)