Cara Pandang

SATU HARAPAN.COM – Di musim kemarau rumput-rumput menjadi kering. Itu menjadi persoalan bagi Pak Tani karena sapinya tidak mau makan rumput kering.  Dia lalu membuat kacamata bagi sapinya dengan ”lensa” dari kertas minyak berwarna hijau.  Setelah dipakaikannya ke sapi—otomatis semuanya tampak hijau—sapi yang tadinya ogah-ogahan makan itu menjadi bergairah makan rumput.  Itulah yang menyebabkan sapi itu tetap menjadi sehat selama musim kemarau.

Ini hanya masalah cara pandang. Dan ada banyak orang yang memiliki cara pandang yang salah terhadap dirinya.  Oleh karena itu, timbul rasa kurang percaya diri, ragu, serta rasa negatif lainnya. Cara pandang yang salah terlihat dalam ketidakpuasan akan postur tubuh, wajah, rambut, bahkan suara.  Ada yang kecewa karena memiliki tubuh kurus sehingga berupaya menggemukkan badan. Sebaliknya, tidak sedikit yang tidak terima tubuh tambunnya, sehingga bersusah payah menguruskannya. Yang tidak puas dengan rambut keriting diluruskan, yang rambut lurus dibuat agar bergelombang.

Pada zaman modern perilaku orang sering berdasarkan kebingungan-kebingungan ini.  Sehingga perubahan-perubahan model dan gaya hidup terjadi mengikuti tren.  Tidak ada rasa percaya diri, yang akhirnya bisa berbahaya dengan munculnya kamuflase atau penipuan tindakan dan prestadi diri.

Allah memandang segala hal yang diciptakan— termasuk manusia—sungguh amat baik.  Kata baik di sini merujuk pada keindahan.  Sehingga ketika manusia melihat dirinya penuh dengan kekurangan, sebenarnya ada kesalahan dalam cara pandangnya.  Sejatinya, tidak ada seorang pun yang bisa merancang diri lahir dengan bentuk wajah, warna suara, juga suku tertentu.  Karena itu, bersyukur merupakan tindakan logis.

Marilah kita lepaskan cara pandang lama kita yang mungkin menyebabkan kita menyesal dengan keberadaaan kita sekarang ini. Pakailah cara pandang Allah: manusia itu sungguh teramat baik.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com