CDC Desak Rakyat AS Dapatkan Vaksinasi Campak
CALIFORNIA, SATUHARAPAN.COM – Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC) mendesak rakyat Amerika, Kamis (29/1), untuk mendapatkan vaksinasi untuk campak di tengah wabah yang dimulai di Disneyland Desember, dengan mengatakan bahwa jumlah kasus penyakit itu pada 2014 adalah yang tertinggi pada dua dekade terakhir.
Sejauh ini lebih dari 90 orang telah didiagnosis atas penyakit campak di California dan tempat lain, sebagian besar terkait dengan wabah yang diduga oleh para pejabat kesehatan masyarakat dimulai saat seseorang yang terinfeksi dari luar Amerika Serikat mengunjungi Disneyland di Anaheim antara 15 dan 20 Desember.
Pada Rabu (28/1), sebuah SMU di Palm Desert, California, melarang puluhan murid yang tidak divaksinasi untuk datang ke sekolah karena khawatir menulari teman-temannya.
Campak dinyatakan hilang dari Amerika Serikat pada 2000, namun Dr. Anne Schuchat, direktur CDC untuk imunisasi dan penyakit pernapasan, mengatakan penyakit itu masih dapat dengan mudah dibawa orang dari luar negeri.
Wabah ini, telah memperbarui debat mengenai gerakan anti-vaksinasi terkait ketakutan akan potensi dampak samping vaksin-vaksin, yang dipicu teori-teori yang sekarang telah disangkal yang mengaitkan vaksin dengan autisme, telah membuat sekelompok kecil orangtua menolak anak-anaknya divaksinasi.
Schuchat mengatakan hal ini, membuat frustrasi karena sejumlah warga Amerika memilih tidak mendapatkan vaksin berdasarkan alasan non-medis. Ia mengatakan penting untuk mereka mendapatkan informasi yang baik mengenai keselamatan dan keandalan inokulasi.
Etika Dokter
Di Los Angeles, California, seorang dokter anak bernama Charles Goodman memasang pengumuman di ruang tunggu praktiknya dan di Facebook, bahwa tempat praktiknya tidak akan melayani anak-anak yang orangtuanya tidak membiarkan mereka divaksinasi.
“Orang-orang tua yang memilih untuk tidak memberikan vaksinasi, mereka tidak hanya membuat anaknya berisiko, tapi juga anak-anak lain, terutama anak-anak di ruang tunggu saya,” katanya.
Sentimen ini disuarakan oleh sekelompok kecil dokter pada beberapa tahun ini. Mereka berharap strategi ini akan membuat para orangtua berubah pikiran, atau setidaknya akan mengurangi risiko anak-anak lain terkena penyakit.
Pendekatan ini memunculkan pertanyaan mengenai tanggung jawab etis dokter.
Asosiasi Dokter Anak Amerika mengatakan, dokter seharusnya menyebutkan pentingnya vaksinasi dalam kunjungan pasien namun harus menghormati keinginan orangtua kecuali ada risiko signifikan pada si anak.
Namun jika hubungan pasien dan dokter tidak berhasil, asosiasi itu menyatakan bahwa dokter mungkin dapat mendorong mereka yang menolak vaksin itu untuk pergi ke dokter lain.
Beberapa ibu merasa “dikhianati dan kesal” dengan pendekatan dokter semacam ini. Dotty Hagmier, pendiri kelompok pendukung Moms in Charge, mengatakan para orangtua bersikap seperti itu setelah “melakukan riset dan pemantauan yang sangat hati-hati.”â (voaindonesia.com)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...