Charlie Hebdo; Serangan terhadap Pilar Demokrasi
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, menyebutkan serangan di kantor majalah Prancis, Charlie Hebdo, sebagai serangan ‘’kejahatan berdarah dingin" yang dilakukan oleh teroris. Serangan itu membunuh 10 wartawan dan dua polisi.
"Saya terkejut oleh serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris pagi ini," kata Ban hari Rabu (7/1) waktu setempat. "Ini tindakan kekerasan yang sama sekali tidak dapat dibenarkan. Ini merupakan serangan terhadap kebebasan berekspresi dan kebebasan pers. Dua pilar demokrasi."
Menurut laporan media, orang-orang bersenjata dan bertopeng melepaskan tembakan dengan senapan serbu di kantor Charlie Hebdo di pusat kota Paris, membunuh empat kartunis dan editor majalah itu. Penyerang kemudian adu tembak dengan polisi dan menyebabkan dua polisi meninggal.
Dalam sambutannya disampaikan selama kunjungan Tahun Baru pada Asosiasi Koresponden PBB, Ban menyampaikan bela sungkawa bagi keluarga korban, dan solidaritas untuk pemerintah Prancis untuk membawa para pelaku ke pengadilan dengan cepat.
"Serangan mengerikan ini dimaksudkan untuk memecah belah. Kita tidak boleh jatuh ke dalam perangkap mereka," katanya. "Ini adalah saatnya untuk solidaritas. Di seluruh dunia, kita harus berdiri tegas demi kebebasan berekspresi dan toleransi, melawan kekuatan pemecah dan kebencian."
Memecah Agama
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Zeid Ra'ad Al Hussein, mengatakan, serangan mendorong diskriminasi dan prasangka yang dilakukan ekstremis yang bertujuan memecah masyarakat berdasarkan agama. ‘’Dengan xenophobia dan sentimen anti migran sudah meningkat di Eropa, saya sangat prihatin akan hal yang mengerikan, dan tindakan ini akan dimanfaatkan oleh ekstrimis dari berbagai jenis,’’ kata dia.
Dia menekankan bahwa kebebasan berekspresi dan berpendapat merupakan landasan setiap masyarakat demokratis. Mereka yang mencoba memecah masyarakat atas dasar agama, etnis atau alasan lain harus digagalkan.
Irina Bokova, Direktur Jenderal Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), mengatakan, pihaknya makin yakin untuk melindungi pers yang bebas dan merdeka. "Masyarakat internasional tidak bisa membiarkan ekstremis menabur teror dan menjegal arus kebebasan mengeluarkan pendapat dan gagasan."
UNESCO menurunkan bendera setengah tiang di kantor pusatnya di Paris sebagai solidaritas dengan Perancis, dan menghormati mereka yang meninggal dan terluka. Bokova menyampaikan penghormatan kepada 12 korban "serangan biadab" itu, termasuk empat kartunis ternama, Georges Wolinski, Jean Cabut (Cabu), Bernard Verlhac (Tignous) dan Stephane Charbonnier (Charb).
"Belum pernah satu lembaga media dengan sengaja ditargetkan oleh tindakan kekerasan ekstrim seperti itu," kata Bokova. "...serangan mengerikan ini pengingat tragis bagi kita semua bahwa hak untuk kebebasan berekspresi rapuh.’’
Demonstrasi segera bangkit di Prancis dan berbagai negara di dunia untuk mengungkapkan kesedihan dan kemarahan, termasuk dari kalangan semua agama. Bokova menyampaikan bahwa kebebasan berekspresi adalah hak yang penting, dan dipahami sebagai jantungnya kesehatan agar masyarakat berfungsi dengan benar. (un.org)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...