Chatib Basri: Devaluasi Yuan Bisa Pukul Ekspor RI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Keputusan bank sentral Republik Rakyat Tiongkok untuk mendevaluasi hampir dua persen mata uang yuan harus diantisipasi sebab dapat mempengaruhi daya saing ekspor Indonesia. Keputusan ini harus diamati dengan hati-hati.
Peringatan itu disampaikan oleh mantan Menteri Keuangan, M.Chatib Basri, melalui akun twitternya hari ini (11/8).
"PBoC (Bank Sentral China) baru saja mengumumkan devaluasi yuan hampir 2 persen. Saya kiar kita harus melihat ini dengan hati-hati," kata dia.
Menurut dia, tujuan bank sentral Tiongkok mengambil langkah itu adalah untuk mendorong ekspor dan pertumbuhan ekonomi. "Kita belum tahu apakah akan berlanjut. Jika berlanjut, ada risiko perang mata uang," tutur dia.
Devaluasi yuan, kata dia, akan membuat ekspor Tiongkok menjadi kompetitif. Ini akan menyulitkan Euro zone karena ekspor mereka menjadi tidak kompetitif. Implikasinya, pemulihan ekonomi di eurozone bisa terganggu. Di sisi lain, ini juga bisa membuat the Fed menunda kenaikan bunga.
"Kombinasi ini akan membuat ketidakpastian di pasar semakin berkepanjangan," kata dia.
Devaluasi yuan juga akan memukul ekspor Asia di pasar dunia "Artinya ekspor Indonesia ke pasar dunia bisa menjadi semakin sulit karena harga barang Tiongkok menjadi lebih murah."
Menurut M. Chatib Basri, selama ini jika ekonomi Tiongkok menguat akan meningkatkan ekspor Indonesia ke sana. Namun dengan devaluasi yuan, dampaknya belum jelas karena impor Tiongkok akan berkurang.
"Untuk mempertahankan daya saing, bisa terjadi negara lain melakukan competitive devaluation. Jika ini terjadi maka ada resiko perang mata uang."
Kalau itu terjadi, kata dia, maka bisa dibayangkan nilai tukar akan terus melemah dan ketidakpastian pasar terjadi.
Karena itu, kata dia, Indonesia harus melakukan antisipasi. Dalam situasi global yang tidak pasti, sumber pertumbuhan harus bertumpu pada pasar domestik.
"Karena itu keep buying strategy jadi penting," tutup dia.
Berikut ini twit lengkap Chatib Basri:
1. PBoC (Bank Sentral China) baru saja mengumumkan devaluasi yuan hanpir 2%. Sy kira kita hrs melihat ini dg hati2.
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
2. Tujuan PBoC adalah utk mendorong export dan pertumbuhan ek. Kita belum tahu apakah akan berlanjut. Jk berlanjut ada resiko currency war.
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
3. Devaluasi yuan akan membuat export China menjadi competitive. Ini akan menyulitkan Euro zone krn export mereka menjadi tdk competitive
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
4. Implikasinya: pemulihan ek di Euro bisa terganggu. Di sisi lain, ini juga bisa membuat the Fed menunda kenaikan bunganya.
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
5. Kombinasi ini akan membuat ketidakpastian di pasar semakin berkepanjangan. Devaluasi Yuan juga akan memukul export Asia di pasar dunia
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
6. Artinya export Indonesia ke pasar dunia bisa menjadi semakin sulit krn harga brg China menjadi lebih murah.
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
7. Jika ek China menguat akn meningkatkan export RI ke China, namun dg devaluasi Yuan, dampaknya belum jelas krn import China akn berkurang.
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
8. Utk mempertahankan daya saing, bisa terjadi negara lain melakukan competitive devaluation. Jika ini terjadi maka ada resiko currency war
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
9. Kalau itu terjadi maka bisa dibayangkan nilai tukar akan terus melemah dan ketidakpastian pasar terjadi. Karena itu kita harus antisipasi
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
10. Dalam situasi global yg tdk pasti ini, sumber pertumbuhan hrs bertumpu pada pasar domestik. Krn itu "keep buying strategy" jadi penting
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2015
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...