Susi: Inovasi KKP Harus Mudah Diterapkan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa setiap inovasi apa pun yang dibuat harus mudah diterapkan oleh penggunanya. Menurutnya, inovasi itu akan menjadi salah satu jalan bagi sebuah bangsa untuk terus maju dan berkompetisi dalam era globalisasi ini.
“Akan tetapi saya mengingatkan kepada kita semua bahwa inovasi teknologi maupun keilmuan lainnya yang kita buat dan lakukan tidak akan bermanfaat bila itu tidak applicable dan accessible,” kata Susi di Gedung Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan Jalan Ridwan Rais Jakarta Pusat, Selasa (11/8).
“Yang kita buat dan lakukan dalam sebuah inovasi, tujuannya itu untuk memperbaiki kualitas dari sebuah bisnis atau ekonomi, maupun produk dalam komoditi juga dalam bidang lainnya. Jadi kalau itu akhirnya tidak applicable dan tidak bisa diakses maka inovasi itu tidak berjalan dan tidak berhasil.”
Pernyataan tersebut dia kemukakan saat meluncurkan inovasi perikanan berbasis teknologi terkait produk-produk inovasi yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP). Di antaranya adalah e-Log Book, e-Observer (e-borang), Sistem Informasi Nelayan Pintar dan Sistem Informasi Garam Rakyat.
Dia juga menilai bahwa karakter inovasi adalah selalu memperbarui teknologi yang sudah dibuat, membuat sesuatu yang mahal menjadi murah dan membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah. Hanya terkadang, lanjut dia, teknologi melupakan unsur-unsur berkelanjutan.
“Setiap inovasi yang lengkap akan membuat terobosan dan memastikan bahwa terobosan ini akan sustain dan updateable di manapun dan kapanpun. Jadi, namanya semua inovasi tidak boleh berhenti. Sebuah teknologi valid dan relevan, updated hari ini belum tentu updated untuk 5-10 tahun kedepan.”
Susi juga meminta kepada seluruh jajarannya untuk menggunakan sumber daya yang ada di KKP untuk bersatu membangun analisis dan riset kelautan dan perikanan supaya perikanan dan kelautan Indonesia lebih baik dari tahun ke tahun.
Dia kemudian mencontohkan budidaya Indonesia saat ini 90 persen masih bergantung pada pakan. Sedangkan pakan itu sendiri masih bergantung pada fish meal impor. Menurutnya, di posisi seperti inilah ketahanan pangan Indonesia belum sempurna.
“Program ketahanan sebuah negara semestinya harus 100 persen sufisien. Kalau tidak, akan mudah terganggu dan goyang. Karena apa? Karena selisih kurs dengan dolar naik akan membuat impor kita makin mahal. Menurunnya daya beli juga mempengaruhi karena akan meninggikan biaya produksi kita.”
Ketika biaya produksi tinggi maka akan membuat harga jual menjadi tinggi. Di titik inilah harga menjadi tidak terjangkau lagi untuk masyarakat. Untuk itu, inovasi harus selalu diperbarui agar menjadi sebuah produk atau sarana yang efisien dan sufisien.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...