Cherie Blair: Beri Pelatihan Bagi Ibu Rumah Tangga
INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Cherie Blair mengatakan, ibu yang tinggal di rumah harus mendapat pelatihan yang didanai pemerintah dan gaji bersubsidi untuk mendorong mereka bekerja kembali dan meningkatkan perekonomian.
Peningkatan jumlah perempuan yang bekerja akan mendorong pemulihan ekonomi, kata Ny. Blair—seorang penasihat ratu (QC) istri mantan perdana menteri, Tony Blair.
Dalam esai untuk badan amal keluarga yang dikutip Telegraph, Selasa (22/10), Blair berpendapat bahwa dengan tinggal di rumah, seorang ibu harus diberi “returnerships”—jenis program magang untuk orangtua setelah istirahat panjang dari pekerjaan mereka setelah merawat anak-anak mereka.
Blair menyatakan bahwa negara dapat memberikan subsidi berupa gaji dan pelatihan untuk enam bulan pertama untuk seorang ibu—atau ayah—sebelum kembali bekerja.
Dia juga berpendapat bahwa para pengusaha harus menyediakan lapangan kerja paruh waktu lebih banyak lagi, yaitu berupa pekerjaan “ramah keluarga” yang membuat para perempuan kembali tergoda untuk bekerja.
Dalam esainya, Cherie Blair mengutip penelitian Goldman Sachs, bank investasi, yang menyatakan bahwa peningkatan partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja ke tingkat laki-laki akan memperluas ekonomi Inggris sebesar delapan persen.
“Pada saat mendorong pertumbuhan ekonomi di atas setiap apa pun yang harus dilakukan oleh politisi ini akan menjadi tempat yang baik untuk memulai,” kata Blair dalam esai untuk amal anak ke empatnya.
Cherie, ibu empat anak ini mengakui bahwa ketika anaknya yang paling tua masih kecil, ia sangat bersungguh-sungguh “mengalahkan pria dengan permainannya sendiri” dengan tidak mengambil cuti hamil.
Blair mengatakan bahwa ia bekerja keras pada saat kehamilan anak laki-lakinya yang pertama, Euan, akhirnya dengan terpaksa ia harus dirawat di rumah sakit.
“Sekarang saat saya melihat ke belakang, saya menyadari bahwa saya tidak mengalahkan sistemnya namun memperkuatnya,” kata dia.
Putri dari seorang ibu tunggal yang bekerja dan menggambarkan dirinya sebagai “anak kunci gerendel”, Blair berpendapat bahwa selain membantu para ibu untuk kembali bekerja, pemerintah seharusnya memberikan dukungan yang lebih kepada para ibu yang tinggal di rumah.
Blair juga mengutip data statistik resmi yang menunjukkan bahwa pada saat ini dua juta perempuan dan sekitar 200 ribu laki-laki tidak bekerja karena harus menjaga keluarga mereka. Dari data tersebut, dua dari tiga orang tersebut tinggal dirumah karena tidak memiliki pilihan.
Menjadi seorang ibu yang tinggal di rumah, bukanlah menjadi pilihan gaya hidup seperti mengonsumsi makanan organik melainkan keputusan yang sulit untuk memastikan kami menciptakan “lingkungan yang terbaik untuk generasi selanjutnya.”
Ia mengungkapkan juga, “Tanda sebuah masyarakat yang progresif itu pasti seharusnya tidak hanya menjadi salah satu faktor dimana orang tua yang bekerja dapat mengakses dukungan dan bantuan yang mereka butuhkan untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga.”
“Hal itu juga harus menjadi salah satu faktor dimana orang tua yang ingin tinggal di rumah ketika anak-anak mereka masih muda agar tidak merasa dihakimi atau dirugikan oleh keputusan mereka,”
Pendapat Blair digemakan kembali oleh Sheryl Sandberg, Kepala Petugas Operasi Facebook yang menulis buku kontroversial tentang perempuan dalam angkatan kerja.
Awal tahun ini, Sandberg mengatakan bahwa jika mereka akan memberikan akomodasi yang baik untuk para ibu, perusahaan perlu memiliki “dialog terbuka tentang gender” dan merekomendasikan bahwa perusahaan berdiskusi dengan karyawan perempuan mereka apakah mereka berniat untuk memiliki anak.(telegraph.co.uk)
Editor : Bayu Probo
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...