Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:27 WIB | Minggu, 15 Desember 2024

Dalam Operasi di Seluruh Suriah, IDF Klaim Hancurkan 80 Persen Militer Rezim Assad

Dalam Operasi di Seluruh Suriah, IDF Klaim Hancurkan 80 Persen Militer Rezim Assad
Foto udara menunjukkan kapal angkatan laut Suriah hancur selama serangan Israel di kota pelabuhan Latakia pada 10 Desember 2024. (Foto:AFP/Aaref Watad)
Dalam Operasi di Seluruh Suriah, IDF Klaim Hancurkan 80 Persen Militer Rezim Assad
Gambar ini menunjukkan helikopter tentara Suriah yang terbakar setelah serangan Israel yang dikatakan menargetkan depot senjata di dekat pangkalan udara militer Mezzeh, di luar Damaskus, pada 9 Desember 2024. (Foto: AFP/Bakr Alkasem)
Dalam Operasi di Seluruh Suriah, IDF Klaim Hancurkan 80 Persen Militer Rezim Assad
Gambar ini menunjukkan hanggar yang dibom sehari setelah militer Israel menyerang depot senjata di dekat bandara militer Mazzeh, di luar Damaskus, pada 9 Desember 2024. (Foto: AFP/Bakr Alkasem)
Dalam Operasi di Seluruh Suriah, IDF Klaim Hancurkan 80 Persen Militer Rezim Assad
Foto udara menunjukkan kapal angkatan laut Suriah hancur dalam serangan Israel di kota pelabuhan Latakia pada 10 Desember 2024. (Foto: AFP/Aaref Watad)

YERUSALEM,SATUHARAPAN.COM-Setelah pemberontak mengambil alih Suriah, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Israel menyerang depot rudal, kapal angkatan laut, jet tempur, dan lainnya untuk memastikan mereka tidak jatuh ke tangan yang salah.

Setelah operasi pengeboman besar-besaran selama 48 jam di Suriah, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada hari Selasa (10/12) mengatakan telah menghancurkan sebagian besar kemampuan militer strategis mantan rezim Bashar al Assad, dalam upaya untuk mencegah persenjataan canggih jatuh ke tangan elemen-elemen yang bermusuhan.

Dalam sebuah pernyataan, IDF mengatakan bahwa Angkatan Udara (IAF) dan Angkatan Lautnya telah melakukan lebih dari 350 serangan terhadap "target-target strategis" di Suriah sejak jatuhnya rezim Assad selama akhir pekan, menghancurkan "sebagian besar persediaan senjata strategis di Suriah."

Militer memperkirakan telah menghancurkan 70-80 persen dari kemampuan militer strategis mantan rezim Assad.

Operasi itu dijuluki "Bashan Arrow" di dalam militer, berdasarkan nama alkitabiah untuk Dataran Tinggi Golan dan wilayah selatan Suriah. IDF merilis rekaman dari operasi tersebut, yang mana dikatakan lebih dari 320 target diserang di seluruh Suriah.

Serangan dimulai hari Sabtu (7/12) malam, pertama-tama menghancurkan pertahanan udara Suriah untuk memberi Angkatan Udara Israel lebih banyak kebebasan.

Gelombang demi gelombang serangan udara yang dilakukan oleh jet tempur dan pesawat nirawak IAF kemudian menghantam pangkalan udara Suriah, depot senjata, dan lokasi produksi senjata di Damaskus, Homs, Tartus, Latakia, dan Palmyra, menurut militer.

Militer mengatakan serangan udara tersebut menghancurkan banyak proyektil jarak jauh, rudal Scud, rudal jelajah, rudal pantai-ke-laut, rudal pertahanan udara, jet tempur, helikopter, radar, tank, hanggar, dan banyak lagi.

IAF juga menargetkan beberapa lokasi senjata kimia di Suriah selama gelombang serangan, kata pejabat Israel.

Sementara itu, pada Senin malam, kapal rudal Angkatan Laut Israel menghancurkan 15 kapal angkatan laut milik rezim sebelumnya di teluk Minet el-Beida dan pelabuhan Latakia di pantai Suriah, kata militer.

Rezim Assad, yang jatuh pada hari Minggu (8/12) setelah serangan kilat oleh pasukan pemberontak, merupakan sekutu rezim Iran, dan bagian dari apa yang disebut Poros Perlawanan terhadap Israel.

Selama bertahun-tahun, Suriah digunakan sebagai jalur masuk untuk senjata Iran, menuju kelompok-kelompok teror termasuk Hizbullah di Lebanon, yang dengannya Israel memasuki gencatan senjata yang goyah bulan lalu.

Israel khawatir bahwa setelah runtuhnya rezim Assad, senjata bekas tentara Suriah dapat jatuh ke tangan pasukan musuh di negara itu, serta Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.

Dalam sebuah pesan kepada rezim baru yang sedang terbentuk di Suriah, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada hari Selasa (10/12) bahwa Israel akan berusaha untuk menjalin hubungan, tetapi tidak akan ragu untuk menyerang jika mengancam negara Yahudi tersebut.

"Kami tidak bermaksud untuk mencampuri urusan dalam negeri Suriah," katanya dalam sebuah pernyataan video, "tetapi kami tentu saja bermaksud untuk melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan keamanan kami." Oleh karena itu, katanya, Angkatan Udara Israel mengebom "kemampuan strategis militer" yang ditinggalkan oleh Tentara Suriah dari rezim Assad yang digulingkan, "agar tidak jatuh ke tangan para jihadis."

"Kami menginginkan hubungan yang benar dengan rezim baru di Suriah," lanjutnya. "Namun, jika rezim ini mengizinkan Iran untuk membangun kembali dirinya di Suriah, atau mengizinkan pengiriman senjata Iran atau senjata lainnya ke Hizbullah, atau menyerang kami, kami akan menanggapinya dengan tegas dan kami akan menuntut harga yang mahal darinya."

"Apa yang terjadi pada rezim sebelumnya juga akan terjadi pada rezim ini," ia memperingatkan.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, juga mengeluarkan peringatan kepada pemberontak Suriah, dengan mengatakan bahwa entitas apa pun yang menimbulkan ancaman bagi Israel akan menjadi sasaran tanpa henti.

"IDF telah bertindak dalam beberapa hari terakhir untuk menyerang dan menghancurkan kemampuan strategis yang mengancam Negara Israel," katanya, saat melakukan tur ke Pangkalan Angkatan Laut Haifa di mana ia diberi pengarahan tentang serangan Angkatan Laut terhadap aset angkatan laut rezim Assad.

Ia memperingatkan para pemberontak bahwa "siapa pun yang mengikuti jejak Assad akan berakhir seperti Assad. Kami tidak akan membiarkan entitas teroris Islam ekstremis bertindak melawan Israel dari luar perbatasannya... kami akan melakukan apa pun untuk menghilangkan ancaman tersebut."

Katz menegaskan kembali bahwa IDF sedang menciptakan wilayah demiliterisasi, dan mengatakan ia telah memerintahkan "zona pertahanan steril" untuk dibuat di Suriah selatan, tanpa kehadiran Israel secara permanen, untuk mencegah ancaman teroris terhadap Israel.

Operasi Israel di Suriah terjadi setelah serangan kilat oleh pasukan pemberontak di sana, yang pada hari Minggu (8/12) menggulingkan rezim Bashar al Assad dalam babak dramatis perang saudara selama dua pekan yang dimulai pada tahun 2011, dan yang telah terkunci dalam kebuntuan selama bertahun-tahun.

Setelah jatuhnya rezim tersebut, Israel bergerak untuk menghancurkan situs-situs senjata rezim sebelum jatuh ke tangan pasukan yang memusuhi negara tersebut, di tengah pengambilalihan yang kacau oleh kelompok-kelompok pemberontak, yang banyak di antaranya awalnya terkait dengan al-Qaeda dan kelompok-kelompok jihad lainnya.

Pada saat yang sama, Israel membantah laporan bahwa Pasukan darat Israel telah melewati zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang direbut oleh IDF pada hari Minggu dan menekankan bahwa kontrolnya terhadap wilayah tersebut bersifat sementara dan defensif.

“Laporan yang beredar di beberapa media yang mengklaim bahwa pasukan IDF sedang maju atau mendekati Damaskus sama sekali tidak benar,” tulis Kolonel Avichay Adraee, juru bicara IDF berbahasa Arab, di X.

“Pasukan IDF berada di dalam zona penyangga dan di posisi pertahanan dekat perbatasan untuk melindungi perbatasan Israel,” imbuhnya.

Komentar itu muncul setelah Reuters, mengutip dua sumber keamanan regional dan satu sumber keamanan Suriah, mengklaim bahwa pasukan mencapai “Qatana.” Tidak jelas apakah laporan itu merujuk ke distrik Qatana, yang sebagian berbatasan dengan zona penyangga, atau kota Qatana, yang berjarak sekitar 25 kilometer (15,5 mil) dari Damaskus dan timur zona penyangga.

Israel mengatakan tidak akan terlibat dalam konflik di Suriah dan bahwa perebutan zona penyangga yang didirikan pada tahun 1974 merupakan langkah pertahanan.

Israel mengatakan serangan udaranya akan berlangsung selama berhari-hari, tetapi mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa mereka tidak akan campur tangan dalam konflik Suriah. Dikatakan bahwa pihaknya telah mengambil “tindakan terbatas dan sementara” semata-mata untuk melindungi keamanannya. (ToI)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home