Darurat, Turki Minta Pertemuan NATO Hadapi ISIS dan Pemberontak Kurdi
ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Turki meminta diselenggarakan pertemuan dengan duta besar organisasi internasional untuk keamanan bersama atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) untuk membahas operasi militer terhadap kelompok Negara Islam (ISIS) dan pemberontak Kurdi yang tergabung dalam Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Pertemuan tersebut rencananya akan diselenggarakan di Brussel pada hari Selasa (28/7).
Turki telah meluncurkan serangan udara terhadap militan ISIS di Suriah dan melanjutkan serangan udara di kamp-kamp PKK di Irak utara menyusul serangan-serangan belakangan ini.
Pada satu serangan yang dituding dilakukan ISIS, 32 orang terbunuh oleh bom bunuh diri dekat perbatasan Suriah pada 20 Juli.
Kelompok PKK membunuh polisi Turki menyusul kejadian itu sebagai pembalasan atas apa yang mereka anggap kolaborasi Turki dengan ISIS.
Serangan terhadap kamp pemberontak Kurdi di Irak utara mengakhiri gencatan senjata dua tahun. Jet tempur Turki meluncurkan serangan baru pada hari Minggu terhadap sasaran PKK di Irak utara, tulis media pemerintah Turki.
Seorang juru bicara PKK mengatakan kepada kantor berita AFP, jet tempur Turki telah menjatuhkan bom di utara Dohuk dan utara Irbil.
Pada Sabtu (25/7), serangan bom mobil terhadap konvoi militer di tenggara Turki membunuh dua tentara dan melukai empat orang lainnya, kata pejabat Turki.
Seorang polisi dibunuh pada hari Minggu (26/7) di Istanbul, saat protes merebak menyusul terbunuhnya seorang aktivis perempuan pada razia oleh pasukan keamanan pada Jumat.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada BBC, berdasarkan pasal 4 perjanjian NATO, anggotanya dimungkinkan meminta dilakukannya pertemuan khusus bila integritas atau keamanan wilayahnya terancam.
“Permohonan Turki untuk pertemuan ini saya pikir sesuai dan tepat waktunya bagi kita untuk mengadakan pertemuan membicarakan kekacauan dan instabilitas yang kita lihat di Suriah, Irak dan di sekitar wilayah Turki.”
AS telah menyerukan agar Turki dan PKK menghindari kekerasan, namun mengatakan Turki memiliki hak membela diri terhadap serangan dari pemberontak Kurdi.
Wartawan BBC di Istanbul, Mark Lowen, mengatakan terdapat kekhawatiran akan meruyaknya lagi kekerasan lama Kurdi Turki.
Dia mengatakan bila Turki terlibat konflik domestik, itu akan menyulitkan perannya dalam koalisi dan mungkin akan berdampak pada strategi Barat melawan kelompok garis keras.
Ini adalah saat-saat kritis dalam perlawanan terhadap ISIS dan untuk menjaga stabilitas Turki sendiri, kata dia menambahkan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...