Daun Hantap, Solusi Panas Dalam
SATUHARAPAN.COM – Tanaman hantap, yang memiliki nama ilmiah Sterculia oblongata R. Brown, dikutip dari repository.ipb.ac.id, secara tradisional biasa digunakan sebagai minuman kesehatan terutama di kalangan masyarakat Sukabumi, Jawa Barat. Bagian tanaman yang dijadikan minuman adalah daunnya.
Daun hantap diklaim berkhasiat antara lain dapat membersihkan dahak, melegakan sakit tenggorokan, dan menenangkan perut, dan mengurangi sembelit. Khasiat tanaman ini diduga terkait dengan kandungan zat fitokimianya, klorofil dan serat.
Biasanya, daun hantap dikonsumsi dengan cara dirajang, atau diiris tipis-tipis, lalu diremas dan direndam dalam air. Hasil rendaman kemudian disaring dan siap dikonsumsi. Proses ini dinilai kurang praktis.
Tim peneliti mahasiswa Fakultas Farmasi Unpad, yakni Mila Tri Cahyani, Khairunnisa, Destiana Purnama, Nadia Wirvani, dan Rizky Azizah, dengan dosen pendamping Ami Tjitraresmi MSi Apt, dikutip dari unpad.ac.id pada Mei 2018, mengembangkan minuman jeli dari daun hantap. Minuman jeli praktis diminum sebagai pencegah panas dalam. Produk minuman yang dinamai Tapellon itu, berhasil lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan dan mendapat dana hibah dari Kemenristekdikti.
Tim peneliti memodifikasi menjadi minuman olahan dengan memadukannya bersama sari buah lemon. Penambahan itu bertujuan untuk memberikan sensasi segar pada daun hantap. Selain itu, buah lemon juga kaya vitamin C sebagai salah satu pencegah panas dalam dan peningkat imunitas.
Morfologi Tanaman Hantap
Hantap, mengutip ojs.unm.ac.id, merupakan pohon tegak dan tinggi besar. Percabangannya monopodial, yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang atau lebih cepat pertumbuhannya daripada cabang-cabangnya, tinggi besar sampai 35 meter.
Sistem perakaran tunggang dengan sistem percabangan yang banyak menjadi akar yang lebih kecil (ramosus). Batang tegak dan berkayu (lignosus), keras karena sebagian besar terdiri atas kayu, bulat, warna abu-abu sampai cokelat, warna hijau pada batang yang lebih muda, permukaan batang halus.
Daun tunggal, lonjong, permukaan atas licin berwarna hijau tua dan permukaan bawah kasar dengan tulang daun menonjol berwarna hijau tua, tepi daun rata, ujung daun runcing, pertulangan daun menyirip.
Tumbuhan hantap dikutip dari uses.plantnet-project.org, memiliki nama ilmiah Sterculia oblongata R. Brown, dari keluarga Sterculiaceae. Tumbuhan ini memiliki nama sinonim Sterculia spectabilis Miq. (1861), Sterculia kunstleri King (1891), Sterculia forbesii Warb. (1923), Sterculia urceolata auct. non JE Smith.
Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama lokal, selain hantap (Sunda, Jawa), yakni kalumpang (Sumatera), lomes (Sulawesi). Di beberapa negara, tumbuhan ini juga dikenal dengan nama lokal, seperti kalumpang, biris, melabu (Sarawak, Malaysia), malabuho, bakau, balinad (Filipina), saripongpong (Bikol).
Tumbuhan hantap hidup di hutan primer dan sekunder di dataran datar, punggung bukit, dan perbukitan hingga ketinggian 1550 m. Di Sarawak, tumbuhan ini ditemukan di hutan dipterocarp campuran di tanah yang kaya tanah liat yang subur dan dalam, di atas batuan vulkanik dan beku, dasar hingga sedikit asam.
Penyebarannya mencapai Filipina, tetapi jarang, kemudian di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil (Bali, Sumbawa, Flores), Kalimantan, dan Sulawesi.
Kayu pohon hantap, digunakan untuk konstruksi rumah, terutama untuk sisi, langit-langit dan partisi, untuk korek api, dan juga cocok untuk pembuatan pulp dan kertas. Serat dalam kulit digunakan untuk pembuatan tali, topi, tas, tempat-tikar dan dompet.
Bijinya tumbuhan hantap dapat dimakan mentah atau dipanggang.
Manfaat Herbal Tanaman Hantap
Berdasarkan penelitian, dikutip dari ipb.ac.id, tumbuhan hantap adalah salah satu genus tanaman yang memiliki khasiat obat. Tanaman ini dikenal sebagai sumber polisakarida asam dengan viskositas yang tinggi dan memiliki karakteristik gel, seperti gum yang terdapat pada jenis Sterculia urens (karaya gum).
Tumbuhan ini digunakan untuk perawatan banyak penyakit seperti membersihkan dahak (dalam pengobatan Cina), melegakan sakit tenggorokan sehingga suara dapat kembali lega, dan menenangkan perut untuk mengurangi sembelit .
Di Tiongkok, tumbuhan hantap yang disebut pangdahai, merupakan bahan obat tradisional. Khusus biji Sterculia lynocnophora, dalam tradisi obat-obatan Tiongkok, menurut Pharmacopoeia Commission of The People's Republic of China: 2000, dinyatakan sebagai pencegah sakit tenggorokan, dan digunakan untuk perawatan, menghilangkan panas dalam dan konstipasi, sejak ratusan tahun.
Tanaman hantap juga ditemukan di Vietnam, Thailand, sebagian Asia Timur serta sebagian di Tiongkok.
Khasiat tanaman ini, terkait dengan kandungan zat fitokimianya yaitu senyawa polifenolik dan fenol. Senyawa ini terdapat di bagian kayu, kulit kayu, ranting, daun, akar, bunga, buah, pollen dan biji tanaman sterculia. Senyawa polifenolik dan fenol memiliki aktivitas antioksidan.
Tim peneliti dari Jurusan Farmasi Universitas Tadulako, Palu, meneliti aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak etanol daun hantap. Berdasarkan hasil uji, ekstrak etanol daun hantap dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, sedangkan aktivitas sitotoksiknya masuk kategori sedang.
Tiga peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni Anggar Pamungkas, Ahmad Sulaeman, dan Katrin Rosita, juga mengembangkan inovasi pangan fungsional dari tanamanan hantap. Mereka membuat jeli dari daun hantap, dalam penelitiannya yang berjudul ''Pengembangan Produk Minuman Jeli Esktrak Daun Hantap (Sterculia Oblongata R. Brown) sebagai Alternatif Pangan''.
Penelitian dilakukan berdasarkan pentingnya pangan fungsional, yaitu pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat kesehatan, mengutip pernyataan Anggar Pamungkas, seperti dikutip dari Antaranews.com pada 25 september 2017.
Bagian daun hantap memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi minuman jeli. Minuman yang dibuat dari daun hantap, gula, karagenan, xantha gum, kalium sitrat, dan perisa ini dibuat dengan berbagai macam formulasi, guna menemukan formulasi terbaik dari dan varian rasa terpilih, ketika dilakukan pengujian produk oleh panelis (penilai produk).
Hasil penelitian menunjukkan dari sembilan jenis minuman dengan persentasi karagenan yang berbeda, 86 persen panelis paling suka dan memilih produk formula F1 kandungan karagenan (bahan pembuat jeli) 0,2 persen.
Macam variasi formula pada minuman mempengaruhi penilaian panelis terhadap atribut penilaian, warna, kejernihan, aroma perisa, rasa manis, dan rasa getir. Namun, tidak berpengaruh terhadap penilaian aroma daun hantap, tekstur kulum, tekstur sentuh dan after taste (rasa setelah minum).
“Minuman jeli ini diharapkan dapat menjadi alternatif minuman yang dapat mengatasi kestabilan dari ekstrak, karena minuman ini memiliki konsistensi gel, sehingga dapat menghindari adanya pengendapan hasil ekstrak dan akan lebih mudah untuk diminum,” katanya.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...