Dekatkanlah Kepalaku dengan Hatiku!
Kita hanya bisa membungkuk kepada Allah yang tidak kelihatan jika kita sanggup tunduk kepada manusia yang kelihatan.
SATUHARAPAN.COM – Kisah pembaptisan Yesus oleh Yohanes menarik disimak. Mulanya Yohanes merasa enggan. Namun, alasan Yesus bahwa mereka hanya menggenapi kehendak Bapa, membuat Yohanes merasa yakin dengan tindakannya. Dan serentak setelah pembaptisan, Penulis Injil Matius mencatat: ”Pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:16:17). Tindakan Yesus diperkenan Bapa.
Tampak jelas ada kaitan erat antara menggenapi seluruh kehendak Allah dengan pernyataan Bapa. Dengan kata lain, Bapa berkenan kepada setiap orang yang menggenapi seluruh kehendak-Nya.
Pada titik itulah, sebenarnya Yesus telah menggenapi nubuat Yesaya dalam diri-Nya! Yesaya bernubuat: ”Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa” (Yes. 42:1). Tentu, hukum yang dimaksud di sini adalah hukum Allah—kehendak Allah.
Menarik disimak, dalam menjalankan hukum Allah tersebut, hamba Tuhan itu tak akan berteriak atau berseru dengan nyaring, suaranya tak akan terdengar di jalan. Buluh yang terkulai tak akan dipatahkannya, pelita yang kelap-kelip tak akan dipadamkannya. Dengan setia ia akan menyatakan kebenaran, tanpa bimbang atau putus asa, sampai keadilan ditegakkan di bumi (lih. Yes. 42:2-4, BIMK).
Kerendahan hati merupakan gaya hidupnya. Dia tidak merasa perlu berteriak mengabarkan kebenaran. Kebanyakan orang jika merasa diri benar akan berteriak lebih keras ketimbang orang lain. Sekali lagi, karena merasa diri benar.
Nah, ketimbang berteriak, Petrus bersaksi, Yesus yang menggenapi itu dengan ”berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis….” (Kis. 10:38). Perbuatan lebih dari sejuta kata.
Tak hanya itu, Yesus juga sabar terhadap kelemahan orang lain. Bicara soal kelemahan orang, Petrus merupakan sosok yang sungguh merasakan kesabaran hati Sang Guru. Meski pernah disangkal, Yesus tetap menerima Petrus apa adanya. Dan kesabaran berkait erat dengan kerendahan hati.
Berkait kerendahan hati, Paus Yohanes XXIII, mengajarkan doa yang sungguh baik: ”Yesus, hikmat kebijaksaan yang hidup, dekatkanlah kepalaku dengan hatiku!”
Secara harfiah, itu berarti sikap tubuh menunduk, bak padi yang makin berisi makin merunduk. Dan di hadapan Tuhan, tak ada yang bisa dilakukan setiap makhluk kecuali merunduk tanpa syarat. Bagaimanapun, Dialah Sang Pencipta.
Sejatinya, ketika Yesus bersikukuh untuk dibaptis Yohanes, itu juga memperlihatkan kerendahan hatinya. Bayangkan ketika dia menerima baptis berarti Yesus menundukkan kepala-Nya, bahkan tubuh-Nya di hadapan Yohanes. Membungkuk memperlihatkan kerendahan hati yang sebenarnya.
Dan kita hanya bisa membungkuk kepada Allah yang tidak kelihatan jika kita sanggup tunduk kepada manusia yang kelihatan. Karena itulah Daud bermadah: ”Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan” (Mzm. 29:1-2).
Itulah yang diperkenan Allah!
Email: ymindrasmoro@yahoo.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...