Menanggungjawabkan Berkat
Banyak orang setelah diberkati justru malah hancur hidupnya.
SATUHARAPAN.COM – Sebagian besar manusia sering kali memfokuskan diri pada meminta berkat. Perhatikan doa-doa kita! Isinya 90% permintaan berkat. Langsung ataupun tidak langsung. Lebih sukses, naik pangkat, mendapat promosi, dan lain sebagainya. Amat jarang—bisa dibilang nyaris tidak ada—kita berdoa meminta Tuhan menambahkan tugas dan tanggung jawab.
Lucunya, ketika itu dikabulkan, tiba-tiba saja kita shock. Banyak orang yang setelah diberkati justru malah hancur hidupnya. Setelah naik pangkat, lantaran kurang terampil membagi waktu, bukannya tambah bahagia, malah tambah sibuk dan tidak peduli keluarga. Setelah tambah kaya, lantaran belum memiliki paradigma yang benar tentang uang, justru berubah menjadi orang yang lebih pelit dari sebelumnya.
Jelas, hal-hal ini menunjukkan bahwa kita belum siap mendapat kenaikan berkat. Satu hal yang tidak dipahami sebagian besar peminta-minta berkat adalah berkat dan tanggung jawab itu satu paket. Dua sisi dalam sekeping mata uang. Jika Anda meminta berkat lebih, maka tanggung jawab lebih pun menjadi bagian Anda. Tidak ada berkat tanpa tanggung jawab.
Jika demikian, bukankah sebaiknya kita berlatih untuk ”bertanggung jawab lebih” lebih dahulu, dibandingkan mengkhayalkan berkat. Jadi ketika tugas dan tanggung jawab kita bertambah, kita tidak kaget. Kita sudah menyiapkan diri untuk itu. Karena berkat dan tanggung jawab itu sepaket, maka dapat dipastikan berkat yang lebih pun akan menjadi bagian Anda secara otomatis.
Marilah kita berfokus pada tanggung jawab, bukan berkat!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...