Delegasi Pemuda Mempersiapkan Diri untuk Sidang WCC di Busan
HOFGEISMAR, SATUHARAPAN.COM – Puluhan anak muda dari berbagai negara pekan lalu mengadakan pertemuan untuk mempersiapkan diri bergabung dalam Sidang Raya Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) yang akan diselenggarakan di Busan, Korea Selatan Oktober mendatang.
Pertemuan diselenggarakan di Hofgeismar, Jerman (18-20/6), namun yang datang bukan hanya pemuda Jerman, mereka datang dari Republik Ceko, Swedia, Yunani, Swiss dan bahkan Ghana. Mereka datang dari latar belakang gereja Lutheran, Amerika, Reformed, Mennonite dan gereja Ortodoks.
Di tengah diskusi dan berbagi pengalaman tentang isu-isu yang akan diusung ke sidang raya mereka pun bernyanyi dengan lagu-lagu yang dikembangkan dari pokok tema sidang yaitu kehidupan, keadilan dan perdamian.
Plok - plok - plok - chakka / Allah kehidupan, membawa kita ke dalam keradilan; membawa kita ke dalam perdamaian / plok - plok - plok - plok. Demikian suara 35 orang muda menggema di ruang konferensi neo-klasik di Akademi Injili Hofgeismar, Jerman. Irama lagu itu tampil dalam harmonisasi dengan gerak tangan dan kaki untuk menampilkan suasana batin ekumenis.
Isu Penting
Para delegasi itu adalah pemuda yang aktif dalam pelayan dan anggota dari Global Ecumenical Theological Institute (GETI). Mereka mengidentifikasi isu-isu kunci untuk sidang. Schulamit Kriener, salah satu delegasi dari Jerman. Perempuan 24 tahun ini akrab dengan konteks Asia, karena pernah menjadi relawan dalam Misi Berlin di Korea. Dia mengikuti penelitian politik di Korea dan London, dan akan lulus musim panas ini.
"Dibekali persiapan yang sangat baik, harapan saya sangat tinggi. Saya berharap bahwa WCC akan berkata bahwa berikut adalah program kami. Kami telah menunggu untuk bergabung,” kata dia. Bersama rekan Jerman lainnya, dia akan mengadakan lokakarya tentang bencana nuklir di Fukushima dan implikasinya bagi umat manusia.
"Di sekitar Busan, setidaknya ada tiga stasiun tenaga nuklir. Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kesadaran di antara para delegasi lain pada topik ini dan untuk menunjukkan empati dengan apa yang telah terjadi di Jepang," tegas dia.
Keadilan ekologis merupakan salah satu isu gerakan ekumenis global saat ini. Hal ini terlihat dari pemuda yang berkumpul di Hofgeismar. Menurut mereka, gereja bertanggung jawab memutus lingkaran setan ketidakadilan di dunia. Oikumene adalah sarana bagi para peserta muda menjadi pelayan ciptaan Tuhan.
Menjadi Kristen Di Era Sekarang
Joseph Acheampong, seorang sarjana PhD di Akademi Misi di Hamburg, adalah bagian dari kelompok dewasa yang berpartisipasi dalam program GETI. Dia berbicara tentang pemahaman yang berbeda tentang apa artinya menjadi seorang Kristen hari ini.
"Definisi spiritualitas berbeda dari konteks ke konteks," katanya. "Bagi saya, gereja yang tidak melihat komunitas spiritual sebagai pusatnya bukanlah gereja,” katanya.
Pertemuan dan pertukaran di Busan akan memberikan Acheampong kesempatan untuk berbagi pandangannya dengan teolog muda dari latar belakang lain dan belajar tentang tren yang berbeda dan baru dalam gerakan oikumenis. "Ini juga akan membawa kita untuk berjuang bersama.”
Memberdayakan orang-orang muda untuk interaksi ekumenis adalah tujuan utama dari konferensi pemuda pra-Busan di Hofgeismar. Setelah sidang terakhir di Porto Alegre, Brazil, para peserta muda di Jerman merasa perlu untuk membangun jaringan yang akan menghubungkan pengalaman ekumenis internasional pemuda dengan realitas ekumenis di Jerman.
Sejak tahun 2006, jaringan "Pemberdayaan bersama lebih ekumenis” (More Ecumenical Empowerment Together / MEET) menghimpun orang dewasa muda di Jerman untuk berbagi pengalaman ekumenis dengan mengembangkan ide-ide tentang bagaimana untuk memperkuat semangat ekumenis di kalangan anak muda.
Pastor Christina Biere, pendiri MEET dan delegasi pemuda di Komite Pusat WCC, telah melihat mimpi itu menjadi kenyataan. "Melalui konferensi ini, MEET bersama dengan Akademi Injili dan Roti untuk Dunia (Bread for the Wolrd) menciptakan ruang untuk saling bertemu dan belajar ekumenis dalam perjalanan ke Busan."
Semangat untuk melibatkan peserta muda dalam siding di Busan adalah untuk membangun kepercayaan dan memberdayakan dan mengangkat keprihatinan mereka di Eropa. Sebab, belakangan ini, terutama kalangan publik di Jerman melihat oikumene lebih sebagai krisis daripada fajar, dan pertemuan tersebut sebagai pertanda harapan mulai tumbuh. Irama lagu, kekuatan persahabatan ekumenis dan perhatian pada dunia yang dibangun atas dasar keadilan dan perdamaian adalah isu yang akan mereka bawa dari Hofgeismar ke Busan.
Editor : Sabar Subekti
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...