Seorang Pastor Tewas dalam Serangan Pemberontak di Suriah
VATIKAN (CNS) – Seorang pastor (49 tahun) dan pertapa tewas ketika sekolompok pemberontak menyerang biara Fransiskan St Anthony di desa Ghassanieh, Suriah, di dekat perbatasan dengan Turki.
Pastor Pierbattista Pizzaballa, dari Fransiskan mengatakan kepada Radio Vatikan pada Senin (24/6) bahwa Pastor Francois Murad, dia bukan dari Ordo Fransiskan, mengungsi di biara tersebut, karena tidak aman berada di pertapaan Katolik yang dia bangun di Suriah.
Sebelumnya, dua pemimpin gereja dari Aleppo, Suriah, telah diculik orang tak dikenal pada April lalu dan sampai sekarang tidak diketahui nasibnya. Uskup Agung Gereja Ortodoks Yunani, Paul Yazigi dari Aleppo, dan Alexandretta, serta Uskup Agung Gereja Ortodoks Suriah, Yohanna Ibrahim, diculik ketika dalam perjalanan ke Aleppo, sekembali dari misi kemanusiaan di dekat wilayah perbatasan Turki. Sopir mereka, Fatha’allah Kabboud, seorang diaken di Gereja Ortodoks Suriah tewas dalam insiden itu.
Uskup Agung Suriah, Jacques Behnan Hindo dari Hassake-Nisibi kepada, mengatakan kepada kantor berita dari Kongregasi Evangelisasi Bangsa-bangsa, bahwa Pastor Murad mengirimi beberapa pesan yang menunjukkan ia menyadari hidup dalam situasi berbahaya dan bersedia untuk menawarkan hidupnya untuk perdamaian di Suriah dan dunia.
Desa-desa Ditinggalkan Penduduk
Pastor Pizzaballa mengatakan bahwa desa-desa Kristen di Suriah telah hampir sepenuhnya hancur dan hampir benar-benar ditinggalkan. Dia yakin bahwa satu-satunya orang yang tersisa di Ghassanieh adalah pemberontak dengan keluarga mereka, pemberontak yang bukan dari Suriah dan yang ekstremis.
"Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan, selain mendoakan Pastor Francois dan semua korban, adalah berdoa bahwa kebodohan ini segera berakhir dan tidak ada lagi senjata yang dikirim ke Suriah karena hanya akan memperpanjang perang sipil yang tidak masuk akal ini," kata Pastor Pizzaballa.
Pemimpin Fransiskan mengatakan, Suriah adalah medan pertempuran, dan bukan hanya antara pasukan Suriah, tetapi juga untuk negara-negara Arab lain dan masyarakat internasional. Yang membayar harga perang itu adalah yang miskin, kecil dan terabaikan, termasuk orang Kristen. "Masyarakat internasional harus menghentikan ini," katanya.
Sementara itu, tentang dua pimpinan gereja Ortodoks di Allepo diduga diculik oleh kelompok pemberontak, dan sampai hari ini tidak ada berita tentang keadaan mereka. Situasi ini semakin memprihatinkan karena serangan juga dilakukan terhadap kelompok yang justru tidak ingin terlibat. (oikoumene.org / catholicnews.com)
1.100 Tentara Korea Utara Jadi Korban dalam Perang Rusia-Ukr...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 1.000 prajurit Korea Utara tewas atau terluka dalam perang Rusia d...