Demo Dukung Persatuan Eropa
BERLIN, SATUHARAPAN.COM- Ribuan orang bergabung daslam aksi unjuk rasa di beberapa kota di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap ide Eropa bersatu.
Aksi mingguan itu dimulai tahun lalu sebagai upaya untuk melawan tumbuhnya sentimen nasionalis di benua itu yang sering menyatakan sebagai oposisi terhadap Uni Eropa.
Para pengunjuk rasa di kota Berlin, Frankfurt, Cologne dan puluhan lokasi lainnya melambaikan bendera Uni Eropa selama aksi unjuk rasa hari Minggu (19/3).
Aksi juga diselenggarakan di media sosial oleh kelompok yang menyebut dirinya Pulse Eropa. Kelompok itu mengatakan tidak terikat pada partai politik tertentu, menurut laporan AP.
Ketegangan dengan Turki
Sementara itu, ketegangan jertman dan negara Eropa lainnya dengan Turki terus berlanjut. Hal ini terkait larangan aksi unjuk rasa Turki di negara-negara Eropa terkait renxcana referendum konstitusi Turki yang akan diselenggarakan pada 16 April. Referendum untuk mengubah dari sistem parlementer ke presidensial, yang akan memberikan kekuasaan lebih besar bagi Presiden Recep Tayyip Errdogan.
Pihak Berlin pada hari Minggu mengecam Erdogan dalam pertikaian diplomatik yang terus mengeras, dan mengatakan bahwa dia terlalu jauh dengan menuduh Kanselir Jerman, Angela Merkel, sebagai "mempraktikkan Nazi".
"Kami toleran, tapi kami tidak bodoh," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel pada surat kabar Passauer Neue Presse. "Itulah mengapa saya telah membiarkan rekan saya Turki tahu dengan sangat jelas bahwa telah melampaui batas," tambahnya. Dia menyebut komentar terkait Nazi sebagai pernyataan yang "mengejutkan".
Tudingan Perang Salib
Sementara itu, dari Turki, Erdogan dalam pidato kepada pendukungnya di Sakarya, Turki, menuding Uni Eropa memulai "Perang Salib", seperti yang terjadi pada abad pertengahan, antara pasukan Kristen Eropa dan penguasa Islam di Timur Tengah.
Erdogan membandingkannya dalam konteks situasi sekarang terkait ketegangan antara Uni Eropa dan Turki. "Saudara-saudaraku terkasih, pertempuran telah dimulai antara salib dan bulan sabit. Tidak ada penjelasan lain," kata Erdogan pada hari Kamis (16/3).
Erdogan menyebutkan perilaku politisi Jerman dan Belanda dengan sebutan "Nazi" dan menuduh Eropa mempraktikkan semangat fasisme, seperti dilaporkan AFP. "Eropa dengan cepat kembali ke hari-hari sebelum Perang Dunia II," katanya.
Turki sejauh berada dalam daftar untuk bergabung dengan Uni Eropa. Namun berbagai masalah terkait hak asasi manusia, kebebasan pers dan masalah imigran menyebabkan meningkatnya ketidak-pastian Turki bergabung dengan Uni Eropa.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...