Demonstran Irak Tutup Akses ke Pelabuhan
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Pengunjuk rasa anti-pemerintah di Irak memblokir akses ke pelabuhan komersial terbesar kedua negeri itu pada hari Selasa (19/11). Penutupan jembatan secara efektif itu membelah ibu kota menjadi dua, dan menyebabkan warga bergantung pada kapal untuk transportasi ke sisi lain kota.
Sejak protes anti-pemerintah dimulai 1 Oktober, setidaknya 320 orang telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka di Baghdad dan sebagian besar provinsi di selatan yang mayoritas penduduknya Muslim Syiah. Demonstran turun ke jalan dalam jumlah puluhan ribu dan memprotes korupsi yang meluas, kurangnya lapangan kerja dan layanan publik yang buruk, meskipun Irak salah satu negara kaya minyak.
Pasukan keamanan telah menggunakan amunisi, gas air mata dan pistol setrum (listrik) untuk mengusir pengunjuk rasa, taktik yang menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, akan dihukum dengan sanksi.
"Kami tidak akan berdiam diri sementara pejabat korup membuat rakyat Irak menderita. Hari ini, saya menegaskan Amerika Serikat akan menggunakan otoritas hukum kami untuk menjatuhkan sanksi kepada orang-orang korup yang mencuri kekayaan Irak dan mereka yang membunuh dan melukai para demonstran damai," katanya hari Senin (18/11), seperti dikutip AP.
"Seperti orang Irak turun ke jalan hari ini, sanksi kami tidak akan membeda-bedakan sekte agama atau etnis," tambahnya. "Mereka hanya akan menargetkan orang-orang yang berbuat salah pada rakyat Irak, tidak peduli siapa mereka."
Puluhan pengunjuk rasa telah memblokir pintu masuk utama ke pelabuhan Khor al-Zubair, menghentikan aktivitas perdagangan karena tanker minyak dan truk lain yang membawa barang tidak dapat masuk atau keluar. Pelabuhan mengimpor barang-barang komersial dan bahan-bahan serta produk-produk minyak sulingan.
Minyak mentah dari ladang minyak Qayara di Provinsi Niniwe, di Irak utara, juga diekspor melalui pelabuhan itu.
Khor al-Zubair adalah pelabuhan terbesar kedua di negara ini. Para pengunjuk rasa membakar ban dan memotong akses ke pelabuhan komersial utama Teluk di Umm Qasr pada hari Senin dan terus memblokir jalan-jalan pada Selasa.
Warga sipil Irak semakin bergantung pada kapal untuk mengangkut mereka melintasi Sungai Tigris. Perselisihan antara demonstran dan pasukan keamanan Irak pada tiga jembatan utama telah menutup jalan utama yang menghubungkan Baghdad timur dan barat.
Jembatan Jumhuriya, Sinak dan Ahrar, yang sebagian telah diduduki pengunjuk rasa setelah berhari-hari bentrokan berdarah, adalah akses kedua sisi kota dengan melewati Sungai Tigris. Pemblokiran membuat rakyat Irak harus berjalan kaki untuk bekerja, sekolah, dan kegiatan sehari-hari lainnya tanpa pilihan selain mengandalkan perahu sungai.
"Setelah jembatan diputus, semua tekanan ada pada kita di sini, '' kata Hasan Lilo, seorang pemilik kapal di ibukota." Kami menawarkan sarana transportasi yang masuk akal yang membantu masyarakat."
Editor : Sabar Subekti
BNPT Siap Dampingi Eks Anggota Jamaah Islamiyah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Eddy Ha...