Demonstran: Mubarak Korup Tapi Morsi Jauh Lebih Korup
KAIRO, SATU HARAPAN.COM – Jutaan orang Mesir telah turun ke jalan di Kairo untuk menuntut berakhirnya kepemimpinan Presiden Mohammed Morsi. Sementara sebagian besar demonstran melakukan aksinya secara damai di Tahrir Square dan berubah menjadi ricuh di tempat lain.
Kairo merupakan tempat pergolakan. Jutaan demonstran membanjiri jalan-jalan ibukota Mesir. Baik orang kaya, miskin, tua, muda, revolusioner, pendukung militer, pria dan wanita. Menurut media setempat, setidaknya delapan orang tewas dalam bentrokan antara demonstran anti Morsi dan pendukung Morsi di dua kota Mesir Selatan.
Banyak demonstran yang berteriak “Irha!”, yang berarti “berhenti” dalam bahasa Arab. Sejumlah coretan merah pada foto Morsi bisa dilihat dengan jelas di tengah demonstran di antara bendera Mesir. hal itu dimaksudkan sebagai simbol negara baru revolusioner.
Persatuan rakyat Mesir terlihat jelas dalam aksi itub di mana kelompok Muslin dan non Muslik bergabung. Demonstran ini sudah hari-hari datang, dan masing-masing pihak datang dengan bendera sendiri. Namun pesanya jelas, kata seorang siswa SMA (16) yang berunjuk rasa di depan istana presiden: “Morsi harus pergi.”
“Mubarak adalah koruptor, tapi tetap saja ia lebih baik dari Morsi. Kami menyadari sekarang bahwa Morsi bahkan lebih korup," tambahnya.
Para pengunjuk rasa ingin menunjukkan bahwa mereka telah memutuskan untuk tidak mentolerir politik Ikhwanul Muslim lagi. Jutaan masyarakat terjun ke lapangan pada hari peringatan revolusi, tapi kali ini tujuannya adalah menggulingkan Morsi sebagai presiden.
Amir Shavy adalah salah satu pendemonstran yang menyatakan bahwa ia akan bersikeras berdemo agar Morsi mundur dari jabatannya.
Ali Saiyid (35) seorang guru yang mendukung protes damai mengatkan, jika itu tidak berhasil, maka kampanye pembangkangan sipil di seluruh negeri harus dimulai. Dia adalah anggota Gerakan Pemuda 6 April yang merupakan salah satu kelompok revolusioner yang paling berpengaruh bagi kaum muda. Mereka secara resmi menyuarakan sikapnya pada hari Minggu (30/6).
Ali Saiyid secara terbuka menghitung adanya intervensi militer. Dalam pandanganya, tentara tidak akan mengizinkan negara untuk terhenti lama dan akhirnya akan mengambil kekuasan kembali Ikhwanul Muslim.
Banyak demonstran yang masih bersikap positif terhadap tentara. Slogan menunjukkan sebuah aliansi antara rakyat dan militer bisa didengar dari istana. Salma (40) mengatakan bahwa ia tidak menentang militer ini yang memegang kekuasaan. Tetapi hanya sementara selama fase transisi sampai pemilihan presiden terpilih.
Diiringi dengan sorak-sorai keras dan teriakan “Tinggalkan!”, beberapa pengunjuk rasa menggelar spanduk besar yang terletak dekat istana presiden. Foto Presiden Mesir itu dicorat-coret oleh pengunjuk rasa dengan kata-kata “Kau telah menguasai negara, tapi kau tidak adil, dan itulah mengapa Anda akan dieksekusi!”
Namun, serangan di markas pusat Ikhwanul Muslim di Kairo membuktikan bahwa kekekrasan juga datang dari pihak lain. Polisi tidak melakukan intervensi setelah berulang kali mengumumkan mereka tidak akan menjaga dan mengawasi fasilitas Ikhwanul Muslim.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...