Dewan Kota Bethlehem Sesalkan Travel Warning AS Bagi Palestina
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Dewan Kota Bethlehem, Palestina, Maher Canawati mengatakan terkadang kita tidak bisa menebak arah politik, Amerika Serikat (AS) mengeluarkan travel warning untuk pariwisata di Palestina, hanya semata-mata karena mereka memang ingin melakukannya.
“Jadi ketika mereka ingin melakukan sesuatu, yah tinggal dilakukan saja. Dan tidak lupa mereka mengumumkannya kepada seluruh dunia melalui berbagai pendekatan, pertama media massa, negara tetangga, pelaku bisnis, kemudian mereka melakukannya di atas meja (dialog), maupun serangan udara atau darat. Yah Amerika Serikat bisa melakukan apapun yang mereka mau, tapi kita tak pernah tahu apa yang mereka mau sebetulnya,” ungkap Canawati yang seorang Kristen Ortodoks itu.
Untuk memberikan informasi tentang bagaimana kondisi Palestina sekarang, Canawati sengaja datang ke Jakarta, dalam kesempatan Press Conference di Gracia Tour & Travel, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/8).
Kemudian, anggota dewan yang sekaligus pemimpin klub sepak bola Palestina itu menjelaskan, pada tahun 1948, seluruh wilayah Palestina adalah sampai jalur Gaza. Tetapi setelah tahun 1969, wilayah Palestina menjadi terpotong seperti saat ini, karena dicaplok oleh Israel.
Seperti diberitakan sebelumnya, perang antara Israel dan Hamas di Palestina dimulai sejak 3 Juli di jalur Gaza, berlangsung selama 50 hari, namun saat ini sudah dilakukan gencatan senjata. Akibat dari perang yang meski hanya 50 hari itu menyebabkan 60 prajurit terbunuh, 10.000 luka-luka, 400 bayi, wanita dan warga sipil lainnya terbunuh, belum lagi kerugian materi, dan berbagai kerugian lainnya.
“Dan ketika pada akhirnya AS menyatakan mereka mendukung penuh Israel, kami tidak masalah, Palestina juga mendukung Israel, tetapi tidak untuk membunuh anak-anak, warga sipil, tidak untuk mengambil tanah kami. Kami mendukung warga Israel, tetapi bukan politisinya yang mempunyai kepentingan bisnis dengan cara mengambil tanah kami. Inilah yang terjadi selama 50 hari konflik itu,” sesal Canawati.
Begitu banyak orang khawatir dan takut akibat pemberitaan media massa yang memberitakan berbagai kerusakan akibat perang di Palestina. Tetapi Canawati memastikan situs-situs sejarah di Palestina sama sekali jauh dari kekacauan akibat perang.
Canawati mengatakan tidak semua orang boleh masuk ke Israel, tetapi karena dia anggota dewan yang merupakan lembaga yang lebih tinggi di Palestina daripada pemerintah pusat, jadi memiliki hak istimewa (privilege) untuk bisa memasuki wilayah Israel. Maka, segala informasi yang ia sampaikan dalam kesempatan tersebut, dia pastikan akurat, karena ia memang melihat langsung situasinya.
Di Israel sendiri juga ada orang Arab yang sudah lama tinggal di sana sejak kemerdekaan Israel yang dideklarasikan pada 1948. Warga Arab tersebut sudah punya passport dan punya kewarganegaraan Israel, dan mereka ada yang beragama Islam maupun Kristen. Tetapi mereka punya hak istimewa (bipatride) sehingga bisa menolak melaksanakan wajib militer di Israel.
“Hampir semua orang Arab di Israel tidak mau masuk militer dengan alasan mereka tidak ingin memerangi agama atau etnis apapun,” kata Canawati.
Saat ini memang AS merupakan sekutu terbaik Israel, tetapi Canawati percaya suatu saat Palestina dan Israel pun akan menjadi teman baik, apabila perdamaian itu telah tercapai. Oleh karena orang Palestina dan orang Israel berada dalam satu daratan yang sama, maka kedua bangsa ini tentu mempunyai hubungan dekat jika dilihat dari sejarah.
Jadi Canawati berharap bahwa suatu saat Israel akan membantu Palestina untuk membangun dan memperbaiki negaranya.
“Semua orang Palestina memiliki harapan, bahkan warga di Gaza juga punya harapan. Selama 350 tahun peperangan, kami selalu berharap perdamaian. Kami percaya, tidak ada satupun yang akan menang jika niatnya adalah mengokupasi wilayah,” jelasnya dengan haru.
Editor : Bayu Probo
Uskup Suharyo: Semua Agama Ajarkan Kemanusiaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan ap...