DGD: Gereja Harus Suarakan Ketakutan Para Migran
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Moderator Komite Eksekutif Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), Agnes Abuom mendorong komunitas iman untuk menyuarakan ketakutan dari para migran di Eropa.
“Kami berbicara tentang mereka yang takut, yang gentar, yang rentan terhadap pesan negatif,” kata Agnes Abuom, saat memberi pidato penutup pada konferensi WCC dan didukung UNICEF, UNFPA dan UNHCR, yang bertujuan untuk mempromosikan hak asasi manusia di Jenewa, seperti diberitakan situs resmi Dewan Gereja Dunia, hari Rabu (3/2).
“Kami juga harus melakukan advokasi dan lobi dalam komunitas sendiri,” kata dia.
Abuom mengemukakan suara iman harus berani menyuarakan mereka yang ketakutan.
Sampai saat ini media di Eropa terus menggambarkan para pengungsi yang saat ini tinggal di darat maupun laut sebagai orang yang putus asa lari kekerasan dan kemiskinan di tanah air mereka.
Konferensi yang diikuti perwakilan pemerintah, badan-badan PBB dan organisasi masyarakat sipil, termasuk gereja-gereja dan organisasi keagamaan ini membahas pengungsi dan krisis migran di Eropa.
Gereja-gereja, dia menambahkan, berbasis di Eropa diharapkan tanggap terhadap pengungsi dan migran dan akar penyebab perpindahan mereka.
Abuom mengemukakan konferensi diselenggarakan sebagai panggilan untuk menghasilkan kerja sama yang lebih kuat, dan melakukan koordinasi dan kerja sama terkait pengungsi khususnya di Eropa, di saat bersamaan mencari upaya praktis dan berprinsip berdasarkan kewajiban hukum dan penghormatan terhadap martabat Hak Asasi Manusia.
“Orang-orang beriman, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, berada dalam situasi di tengah kekerasan dan putus asa, mereka mencari kehidupan bagi keluarga mereka dan diri mereka sendiri yang lebih baik,” kata dia.
“Saat ini orang-orang beriman banyak yang menerima, menyambut, membantu orang putus asa jauh dari rumah,” kata dia.
Abuom menyebut gereja di seluruh dunia harus menggunakan sumber daya spiritual dan nilai-nilai Kristen untuk mengatasi masalah integrasi dan menciptakan budaya yang ramah, toleran, dan penerimaan yang tinggi.
“Namun, itu tidak dengan menyangkali ketakutan, tapi membawa semua orang bersama menggalang kekuatan yang berada di jantung dari masalah ini,” kata dia.
Abuom menyimpulkan semua pihak bertanggung jawab atas apa yang diterima para pengungsi saat ini—untuk anak-anak, untuk pemuda, perempuan—untuk mendapatkan penghidupan kembali agar mereka dapat menemukan makna dalam hidup.
“Semoga Tuhan memberkati kita dan merestui langkah kami, dengan cara-cara yang sudah berlangsung,” kata Abuom. (oikoumene.org).
Editor : Bayu Probo
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...