Di Timur Tengah, Setiap Lima Menit Satu Orang Kristen Meninggal
SATUHARAPAN.COM - Gabriel Nadaf, seorang imam dari Gereja Ortodoks Yunani yang tinggal di Nazaret, Israel, menghadapi ancaman pembunuhan karena mempublikasikan pernyataan tentang situasi warga Kristen di Timur Tengah.
Nadaf dijaga pengawal selama 24 jam sehari, perlindungan tingkat tertinggi yang ditawarkan oleh pemerintah Israel. Dalam perjalanan baru-baru ini ke Spanyol, dia mengatakan kepada kantor berita Katolik, CNA, bahwa dia tidak takut "untuk menyuarakan nasib orang Kristen di Timur Tengah untuk dengar."
"Apa yang terjadi di Timur Tengah adalah genosida, dan itu terjadi hari ini, sekarang," kata Nadaf. "Setiap lima menit, seorang Kristen meninggal di Timur Tengah, dan para pemimpin Muslim tahu hal itu," kata dia sepertui dikutip CNA, pekan lalu.
"Saya telah berteriak (mengenai hal) itu selama bertahun-tahun, tetapi dunia tetap diam," kata dia menegaskan dan menambahkan bahwa wilayah tersebut sedang "dikosongkan dari orang Kristen, padahal di sana mereka dilahirkan."
Belum Ada Kesadaran
Menurut dia, penganiayaan terhadap orang Kristen telah menarik perhatian dari Paus Fransiskus dalam beberapa bulan terakhir dan merupakan subjek "Perang Global terhadap Kristen," sebuah buku tahun 2013 oleh analis Vatikan, John Allen, yang menulis bahwa 11 orang Kristen telah dibunuh setiap jam, setiap hari, dalam dekade terakhir. Perhatian terhadap penderitaan orang-orang Kristen di Timur Tengah juga meningkat dengan munculnya Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
Namun sejauh ini tidak cukup kesadaran, dan tindakan, yang dilakukan atas nama orang Kristen yang dianiaya, khususnya di Timur Tengah, kata dia. Nadaf juga mengusulkan agar para pemimpin Kristen menandatangani deklarasi yang tegas menghadapi genosida ini. "Apa yang mereka lakukan tidak cukup. Sesuatu yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan mereka," katanya.
Imam itu mengatakan bahwa Israel adalah satu-satunya negara Timur Tengah di mana orang-orang Kristen dapat hidup dengan aman, meskipun sebagai minoritas. "Di Israel, orang-orang Kristen tidak dibunuh, gereja mereka tidak terbakar, yakin perempuan mereka tidak diperkosa," kata dia.
"Meskipun orang Kristen di Israel adalah minoritas, kami menikmati kualitas hidup yang tinggi," kata Nadaf. "Tapi yang paling penting adalah bahwa kita memiliki demokrasi dan kebebasan beribadah. Karena di negara-negara lain yang terletak sangat dekat dengan kita, yamng terjadi sebaliknya."
Israel, sebuah negara wilayah geografis terbatas, namun penduduknya beragam, yaitu sekitar enam juta orang Yahudi, 1,3 juta Muslim dan 160.000 orang Kristen.
Israel baru-baru ini memutuskan untuk mengakui warga Kristen Israel sebagai etnis yang berbeda, dan tidak lagi mengklasifikasikan mereka sebagai orang Arab atau Palestina. Menurut Nadaf, klasifikasi baru ini "memberi hak warga Kristen yang ingin kembali ke akar mereka dan kebangsaan mereka. Saya salah satu dari mereka."
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...