Didik Gadis Pengungsi Afganistan, Guru Asifi Diganjar UNHCR
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Seorang guru yang mendedikasikan hidupnya untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak perempuan Afganistan yang menjadi pengungsi di Pakistan mendapatkan penghargaan Nansen dari badan pengungsi PBB, UNHCR, pada Selasa (15/9).
Aqeela Asifi (49) melarikan diri dari Afganistan dengan keluarganya pada 1992 dan tinggal di desa pengungsi Kot Chandana di Mianwali, Pakistan utara, tempat tradisi budaya yang ketat telah membuat sebagian besar anak-anak perempuan terkungkung di dalam rumah.
Asifi berusaha meyakinkan masyarakat untuk membiarkan dirinya mengajar mereka, bahkan di dalam tenda-tenda darurat hingga menyalin lembar tugas dengan tangannya sendiri.
Menurut UNHCR, Asifi telah membimbing seribu gadis pengungsi melalui pendidikan dasar mereka, meskipun sumber dayanya minim dan tantangan budaya cukup besar bahkan saat dia sendiri menghadapi tantangan hidup di pengasingan.
“Bila Anda memiliki ibu yang berpendidikan, hampir pasti Anda akan memiliki generasi yang berpendidikan,” kata Asifi dalam pernyataannya.
“Jadi, jika Anda mendidik anak perempuan, Anda mendidik generasi,” ujarnya, menambahkan: “Saya berharap suatu hari orang akan mengingat Afganistan bukan karena perangnya tetapi karena standar pendidikannya.”
Afganistan mengalami salah satu krisis pengungsi terbesar dan paling berlarut-larut di dunia, dengan lebih dari 2,6 juta warganya saat ini tinggal di pengasingan—lebih dari setengahnya adalah anak-anak, menurut data PBB.
Secara global hanya satu dari dua anak pengungsi bisa menempuh pendidikan sekolah dasar dan hanya satu dari empat pengungsi bisa mengikuti kegiatan belajar di sekolah menengah.
Dan bagi anak-anak pengungsi Afganistan di Pakistan jumlahnya bahkan lebih mengerikan, dengan sekitar 80 persen dari mereka keluar dari sekolah, kata UNHCR.
“Akses terhadap pendidikan yang aman dan berkualitas membantu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang bisa mendapatkan pekerjaan, memulai usaha dan membantu membangun komunitas mereka, dan itu membuat mereka tidak rentan terhadap eksploitasi serta pelecehan,” ujar kepala pengungsi PBB Antonio Guterres dalam pernyataannya.
“Orang-orang seperti Aqeela Asifi memahami bahwa anak-anak pengungsi hari ini akan menentukan masa depan negara mereka, dan masa depan dunia,” ujarnya.
Penghargaan Nansen dibentuk pada 1954 untuk menghormati Komisaris Tinggi PBB pertama untuk Pengungsi, penjelajah Arktik Norwegia Fridtjof Nansen, guna menghormati kerjanya yang luar biasa atas nama pengungsi.
Asifi akan menerima medali dan hadiah uang 100.000 dolar Amerika (sekitar Rp 1,4 miliar)—digunakan untuk mendanai proyek yang menghargai hasil kerjanya yang sudah dilakukan—pada upacara di Jenewa 5 Oktober mendatang. (AFP)
Ikuti berita kami di Facebook
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...