Dikritik, Pemerintah Kedah Minta Ganti Rumah Beratap Salib
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM – Kolumnis asal Malaysia di Malay Online, Boo Su Lynn mengkritik pemerintah Malaysia yang sensitif terkait isu Islam, di sisi lain tidak menghormati agama lain yang ada di Malaysia.
“Penegakan politik dalam agama telah mencapai tingkat tidak masuk akal di Malaysia. Misalnya, yang saya jumpai di negara bagian Kedah yang memerintahkan pengembang untuk mendesain ulang atap proyek perumahan Langkawi. Karena mereka mengira bentuk atap rumah tersebut seperti salib bila dilihat dari sudut tertentu,” kata Boo seperti dikutip kolom opini yang dia tulis di The Malay Online, hari Minggu (3/1).
Boo menyebut bahwa gejala tersebut tidak ubahnya seorang politikus yang menuntut penghormatan dari banyak orang, adalah sikap yang tidak sensitif dan peka.
“Karena hal tersebut membutakan kita. Membuat kita lupa menunjukkan rasa hormat yang sama bagi orang-orang dari agama lain,” kata Boo.
Beberapa hari lalu, Pemerintah Langkawi—seperti diberitakan surat kabar online Malaysia, The Star—mengeluarkan perintah mendesain ulang atap perumahan di Langkawi atas alasan itu terlihat seperti lambang umat Kristen dan Katolik, salib.
Setelah perintah itu, Khairy Jamaluddin—Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia—mengambil foto berlatar belakang perumahan tersebut di Kelibang dan kemudian mengunggah status di media sosial twitter miliknya (@KhairyKj)
Rumah2 yang ada 'salib' di Langkawi. Now repainted after the uproar. We waste too much time on stupid issues. pic.twitter.com/5Ead5kCfAA
— Khairy Jamaluddin (@Khairykj) December 30, 2015
“Rumah-rumah yang ada ‘salib’ di Langkawi. Kini dicat ulang daripada mengecoh banyak orang. Suatu tindakan mubazir pada isu bodoh” tulis Khairy.
Khairy berada di Langkawi dalam rangka perlombaan Layar Nasional, Malaysia kemudian dia sejenak menyempatkan berfoto di depan resor tersebut.
Boo menanggap bahwa setiap orang bahkan negara memiliki kewajiban untuk melakukan penghormatan kepada umatnya, bukan perintah untuk minta dihormati. “Saat ini hal yang paling memungkinkan adalah sebuah kelompok yang minta dihormati itu dilindungi pemerintah atau penguasa,” kata Boo.
Permintaan untuk dihormati sangat merusak hubungan negara, dan agama, kata Boo. Dia berpendapat perintah tersebut dapat diibaratkan membakar wanita yang ditangkap karena dituduh menjadi tukang sihir.
Setuju dengan kritik Khairy Jamaluddin, Boo menyebut bahwa biaya untuk mengecat atau mendesain ulang atap rumah tersebut adalah hal yang sia-sia.
“Berapa biaya yang akan dikeluarkan membayar biaya mendesain ulang seluruh proyek perumahan, hanya demi menghindari ‘menyinggung’ kepekaan agama?” kata Boo.
“Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak harus menghormati agama dan memperlakukan simbol-simbol agama seenaknya, namun kita dituntut sebagai manusia modern menghormati orang lain secara keseluruhan tanpa membedakan gender, ras, profesi, ideologi politik dan sosial,” kata dia.
“Jika Negara menuntut bahwa keyakinan tertentu dihormati, maka pemerintah harus siap untuk memberikan rasa hormat yang sama kepada mereka dari agama lain, ateis, atau bahkan sesama orang percaya yang memiliki interpretasi alternatif dari Kitab Suci,” kata dia.
Beberapa waktu lalu Malaysia tidak mengakui setiap pernikahan antara Muslim dan non-Muslim. Direktur Jenderal Pembangunan Islam Malaysia, Datuk Othman Mustapha menjelaskan beberapa waktu lalu, seperti diberitakan Malay Mail Online.
“Sebuah pernikahan antara pasangan yang berbeda agama adalah dilarang selesai dan bertentangan dengan prinsip keyakinan dari di Malaysia,” katanya dalam sebuah pernyataan. (malaymailonline.com).
Editor: Bayu Probo
Kemendikdasmen Gelar Belajar Darurat untuk Korban Erupsi Lew...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merespons damp...