Dilarang Gunakan Nama Fidel Castro
HAVANA, SATUHARAPAN.COM – Dilarang menggunakan nama Fidel Castro untuk tempat-tempat umum dan membangun patung-patung peringatan. Namun tidak dilarang untuk karya musik, sastra, tari, film atau seni visual lainnya, kata media di Kuba.
Larangan itu bukan karena ingin menenggelamkan popularitas tokoh revolusi Kuba, setelah kematiannya pada 25 November lalu pada usia 90 tahun. Padahal di seluruh Kuba terpampang gambarnya, patung, serta tulisan yang mengutip kata-katanya.
Larangan seperti itu biasanya dialami oleh tokoh yang digulingkan, sehingga gambar, patung dan berbagai hal yang terkait dengannya dihancurkan dan hilang dari ruang publik.
Larangan itu justru merupakan permintaan sang ‘’El Comandante’’ yang tidak ingin dikultuskan. Dan hal itu telah ditetapkan dalam undang-undang yang disahkan oleh Majelis Nasional Kuba pada hari Selasa (27/12), menurut laporan Reuters.
UU itu melarang patung-patung peringatan Fidel Castro dan penamaan tempat umum dengan namanya sesuai keinginan dari pemimpin revolusi yang meninggal bulan lalu itu.
Castro selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin kultus pribadi, meskipun para kritikus menunjukkan bahwa kultus itu terjadi di mana-mana. Kata-katanya yang ditulis di billboard nasional dan namanya dipanggil di setiap acara publik.
"Semangat juangnya akan tetap berada di hati nurani semua revolusioner Kuba, hari ini, besok dan selamanya," kata Presiden Raul Castro, adik Fidel, kepada Majelis, seperti dikutip dari pidatonya yang diterbitkan oleh media resmi Kuba.
Cara terbaik untuk memberi penghormatan kepada "El Comandante" adalah mengikuti konsep revolusinya, kata presiden.
Undang-undang baru tidak melarang pada seniman menggunakan nama Fidel Castro dalam musik, sastra, tari, film atau seni visual lainnya. Foto-foto dia yang tergantung di kantor, tempat belajar atau lembaga-lembaga publik juga dapat dipertahankan.
Sejak kematiannya, foto besar Fidel Castro muda yang mengenakan seragam militer, dengan senapan tergantung di punggungnya, telah dipajang di sebuah bangunan di Lapangan Revolusi Havana (Havana Revolution Square).
Castro, seorang tokoh terkemuka dalam Perang Dingin yang membangun sebuah negara komunis bertetangga dengan Amerika Serikat dan menantang AS yang berusaha menggulingkannya. Dia meninggal pada 25 November dalam usia 90, delapan tahun setelah menyerahkan kursi kepresidenan kepada Raul, adiknya.
Kuba memperingati kematiannya dengan sembilan hari berkabung secara resmi dan dua upacara resmi.
Ratusan ribu orang Kuba juga menyambut iring-iringan kendaraan yang membawa abu jenazahnya pemakaman sejaub 1.000 kilometer ke Santiago. Jalan itu menapaki rute perjuangan mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang didukung AS, Fulgencio Batista, pada tahun 1959.
Editor : Sabar Subekti
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...