Dina Midiani: Indonesia Perlu Branding Kuat
SATUHARAPAN.COM – Indonesia perlu punya branding kuat seperti branding Malaysia, “Malaysia Truly Asia”. Branding “Wonderful Indonesia” dianggap belum sekuat branding Malaysia, yang nyata-nyata memberikan keuntungan besar bagi pariwisata negeri jiran itu.
Direktur Indonesia Fashion Week Dina Midiani mengemukakan hal itu kepada satuharapan.com di sela-sela perhelatan mode akbar Indonesia Fashion Week, 27 Februari lalu.
Branding yang kuat sangat diperlukan untuk mempromosikan Indonesia, dengan segala potensinya agar dikenal lebih luas, termasuk potensinya dalam bidang mode. “Branding yang kuat, seperti misalnya ‘Malaysia Truly Asia’, akan memudahkan kita mencapai cita-cita yang kita bangun bersama, sejak empat tahun lalu melalui penyelenggaraan Indonesia Fashion Week pertama, menjadikan Indonesia pusat mode dunia pada 2025,” Dina, yang juga dikenal sebagai dosen di sekolah mode dan desainer itu, menambahkan.
Branding “Malaysia Truly Asia” yang dicanangkan dengan “menjual” keberagaman etnis, budaya, tradisi, adat istiadat, upacara ritual itu, pada kenyataannya jitu mendongkrak pemasukan devisa bagi Malaysia dari sektor pariwisata. “Semua aktivitas diarahkan ke sana,” Dina mencontohkan.
Data 2014, seperti diberitakan tempo.co, menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Malaysia pada 2013 tercatat 25 juta jiwa, sementara di Indonesia hanya 8,8 juta wisatawan.
Branding Indonesia “Wonderful Indonesia”, diluncurkan pada Januari 2011 oleh Menbudpar saat itu, Jero Wacik, menggantikan branding yang dipakai mempromosikan Indonesia sebelumnya, “Visit Indonesia Year”.
Branding baru itu, seperti bisa dibaca di situs resmi parekraf.go.id, merefleksikan alam Indonesia yang cantik, budaya yang unik, keragaman makanan tradisional, keramahan masyarakatnya, dan tawaran harga yang bersaing. “Namun, tidak ada yang menyatukan gerak menuju ke sana. Semua menerjemahkannya sendiri-sendiri, dan kemudian berjalan sendiri-sendiri, bahkan ada yang memasang branding ‘Amazing Indonesia’ (travelindonesia.org, Red),” kata Dina.
Tanpa fokus yang sama, Dina mencontohkan di usaha kreatif mode, pemangku kepentingan berjalan sendiri-sendiri, tanpa ada sinergi. Kenyataan itu yang mendorong Dina bersama Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia dan Radyatama menggelar Indonesia Fashion Week. Dina berharap perhelatan akbar itu tidak sekadar menjadi pesta mode, namun menjadi gerakan yang mencoba membangun sinergi mengarah ke tujuan yang sama, mengembang usaha kreatif mode, menghasilkan produk mode yang unik dan berbeda dengan negara lain, sehingga dapat diterima di pasar internasional.
Dina menganggap penting adanya branding kuat, yang terus didengungkan, yang akan menjadi panduan seluruh sektor usaha ekonomi kreatif untuk mengarahkan segala daya usaha demi lebih memperkenalkan potensi Indonesia ke tingkat lebih luas.
Bahkan dengan melihat potensi sektor mode Indonesia, bukan hal mustahil menurut Dina akan lahir brand nasional. “Seperti Zara, atau Mango, yang sangat mendunia,” Dina mencontohkan.
Badan Ekonomi Kreatif, menurut Dina, bisa memulainya, dengan terlebih dulu membuat proyek percontohan, dan tentu membuka proses pemagangan. “Ini proyek yang melibatkan banyak pihak, termasuk pemerintah. Saya yakin kita bisa,” Dina menyatakan keyakinannya.
Editor : Sotyati
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...