Dipaksa ke Asrama Haji, Jemaah Syiah Sampang Trauma
SIDOARJO, SATUHARAPAN.COM - Jurubicara jemaah Syiah Sampang, Muhammad Zaini menuturkan, sejumlah warga Syiah Sampang, Madura di Jawa Timur traumatis pasca-kegagalan relokasi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah setempat. Mereka sempat diberi tahu akan dikembalikan ke kampung halaman. Namun, ternyata hanya dipindah ke Asrama Haji Sukolilo.
Menurut Zaini, para warga trauma bukan hanya karena dibohongi akan dipulangkan, melainkan juga karena mereka dipindahkan ke tempat baru untuk dipaksa pindah keyakinan.
Sementara ini (warga Syiah) masih dibayangin oleh ketegangan. Sangat tinggi lagi ketegangan mereka itu, trauma mereka sangat tinggi, dan ketegangan lagi untuk mereka. Karena kemarin itu secara tiba-tiba belum ada kejelasan seperti apa keamanannya, seperti apa pertanggungjawabannya, seperti apa selanjutnya, tiba-tiba mau dipindahkan secara bertahap seperti itu, ungkap Muhammad Zaini kepada satuharapan.com melalui telepon, pada Kamis malam (14/11).
Menurut jurubicara Jemaah Syiah Sampang itu, dampak gagalnya relokasi itu membuat salah satu warga Syiah yang sedang sakit menjadi semakin parah sakitnya. Ibu-ibu dan anak-anak taruma lagi, sempat ingin dipulangkan secara bertahap pemulangannya, yakni per 20-per 20 Kepala Keluarga. Tapi, justru mereka hendak dipindahkan ke Sukolilo (di Surabaya), kata Zaini.
Kronologis, Pemindahan Tertutup
Sebelumnya, pada Rabu yang lalu (6/11), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dan Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jatim mengadakan pertemuan internal dengan para jemaah Syiah. Mereka menjanjikan akan memindahkan para Jemaah Syiah secara bertahap dengan memulangkan setiap 20 Kepala Keluarga. Akan tetapi, janji itu tidak sesuai karena saat akan dipindahkan justru pejabat terkait tersebut justru ingin memindahkan mereka ke sebuah lokasi baru dari Rusun Puspa Agro Jemundo Sidoarjo ke Asrama Haji Sukolilo di Surabaya.
Pada Rabu itu, Menteri Agama memang datang untuk menanyakan masalah pemulangan. Kami semua setuju ingin pulang. Tapi, ada syarat dari pemerintah bahwa tidak ada syarat apa pun bagi kami untuk dijamin dalam pemulangan. Murni pulang dan diberikan kebebasan untuk beraktivitas sebagaimana mestinya, seperti orang-orang di luar melakukan aktivitas, kata Muhammad Zaini mengingat janji manis dari Pemerintah setempat saat itu.
Menurut Zaini, pemulangan mereka itu hanya isu pengalihan saja dan mereka justru ingin dipindahkan ke tempat baru di Sukolilo, Jawa Timur. Jadi pas hari Minggunya. Jam 7 itu Polisi, TNI berjaga. Mereka standby di sana ternyata ada bersama Kemenag Jawa Timur, Kesra (Kementerian Kesejahteraan Rakyat), dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) itu yang mau memulangkan teman-teman ke Sampang, tetapi hanya isunya saja yang dipulangkan. Tapi ternyata ketika kita telusuri di lapangan, ternyata mau dipindahkan ke Sukolilo (Asrama Haji). Teman-teman kami tidak mau, ungkap pria itu mengisahkan kembali peristiwa pada Minggu lalu.
Kemudian Muhammad Zaini mengatakan, bahwa proses relokasi yang bertepatan dengan nuansa peringatan hari Pahlawan itu ternyata dilaksanakan secara tertutup tanpa melibatkan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat dan tidak boleh diliput media massa. Pada waktu itu, LSM atau wartawan murni tidak boleh masuk. Murni hanya pemerintah langsung yang ada, tutur juru bicara Jemaah Syiah itu.
Dibina Untuk Pindah Keyakinan
Sementara itu, berdasarkan informasi yang beredar dalam media massa lokal Jawa Timur, bahwa Jemaah Syiah yang akan direlokasi itu diduga kuat akan dibina untuk pindah keyakinan selain yang mereka anut sebagai Jemaah Syiah. Ketika satuharapan.com mengklarifikasi kepada Muhammad Zaini, ia membenarkan kabar tersebut. Mereka ingin melakukan pembinaan. Iya, memang benar seperti itu, kita menolak keras, bunyi suara pria itu menegaskan.
Kita menolak (pindah), karena harapan kita ini pulang tanpa ada persyaratan dan kita dapat beraktivitas. Dan ketika kita dipulangkan itu, siapa yang akan bertanggungjawab? ungkap Muhammad Zaini mempersoalkan jaminan 71 Kepala Keluarga Jamaah Syiah Sampang yang telah mengungsi sejak tahun lalu dari kampung halaman mereka.
Selanjutnya, juru bicara itu mengharapkan jaminan keselamatan bagi jemaah Syiah Sampang yang akan dipulangkan dapat disepakati dalam perjanjian resmi dengan pihak pemerintah dan tokoh agama setempat. Namun, pada kenyataannya kepastiaan keselamatan itu tidak ada sehingga mereka tolak untuk direlokasi.
Artinya dari tokoh, tokoh Kyai dan dari pemerintah sendiri seharusnya ada MoU (kesepakatan). Nah di situlah permasalahannya, tidak bisa seperti begitu. Kita dipulangkan bertahap per 20, 20 (KK) seperti itu. Sama warga Syiah ditolak keras. Tidak mau, kata juru bicara itu yang tetap bertahan di Sidoarjo bersama Jemaah Syiah lainnya.
Kan rencana mereka itu (pemerintah) kami akan dipulangkan per 20, 20-20 per KK. Kami secara keras mengatakan maunya pulang secara bareng-bareng (bersama). Kalau dipulangkan kan tidak ada rumah, mau tinggal di mana? Rumah itu belum ada, bunyi suara Muhammad Zaini di ujung telepon.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...