Diplomat Senior Arab Saudi Kritik Barat Soal Sikapnya terhadap Iran dan Suriah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Kebijakan Barat terhadap masalah nuklir Iran dan perang di Suriah dinilai sebagai "pertaruhan yang berbahaya" sehingga Arab Saudi siap untuk bertindak sendiri untuk menjaga keamanan di wilayah itu, kata seorang diplomat senior Arab Saudi.
"Kami percaya bahwa banyak dari kebijakan Barat terhadap Iran dan Suriah berisiko terhadap stabilitas dan keamanan di Timur Tengah," kata duta besar Arab Saudi untuk Inggris, Pangeran Mohammed bin Nawaf bin Abdulaziz, dalam sebuah tulis komentar di New York Times, Rabu (18/12).
"Ini adalah pertaruhan berbahaya, tentang apa yang kita tidak bisa tinggal diam, dan tidak akan berpangku tangan," tulisnya.
Peringatan Terbuka
Pernyataan itu merupakan peringatan yang blak-blakan dan terbaru dari serangkaian pernyataan publik oleh para tokoh senior Arab Saudi dalam mengekspresikan ketidaksenangan sikap diplomatik AS dan Barat terhadap masalah Suriah dan Iran.
Sampai saat ini, para pemimpin Arab Saudi jarang menyuarakan kritik publik terhadap sekutu Barat dalam dekade yang panjang kemitraan mereka.
Keputusan Washington menarik kembali sikap mereka untuk aksi militer di Suriah dan dukungan untuk kesepakatan nuklir dengan Iran telah mengecewakan Arab Saudi, kerajaan yang kaya minyak dan memandang Tehran sebagai saingan regional yang berbahaya.
Iran sendiri mendukung rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad. "Barat telah memungkinkan satu rezim untuk bertahan hidup dan yang lain untuk melanjutkan program pengayaan uranium, yang semuanya berbahaya dan memiliki konsekuensi untuk persenjataan," tulis diplomat itu.
Akibatnya, Arab Saudi "tidak memiliki pilihan, kecuali untuk lebih tegas dalam urusan internasional. Lebih bertekad untuk menghadapi untuk stabilitas bagi kawasan kami begitu sangat dibutuhkan."
Akan Bertindak
Monarki di Teluk itu memiliki "tanggung jawab global," baik politik dan ekonomi . Dan dia berkata, “ Kami akan bertindak untuk memenuhi tanggung jawab itu, dengan atau tanpa dukungan dari mitra Barat kami."
Sebelumnya, Presiden AS, Barack Obama telah menggunakan istilah "garis merah" untuk memperingatkan rezim Suriah untuk tidak menggunakan senjata kimia. Setelah rezim dituduh menembakkan senjata kimia, Obama mengancam serangan militer sebagai hukuman. Namun pada akhirnya dia mengejar upaya melalui perjanjian diplomatik di mana Damaskus berjanji untuk menyerahkan persediaan denjata kimia yang dimiliki.
Duta besar Arab Saudi itu juga mengecam Barat karena enggan menawarkan bantuan bagi pemberontak Suriah, dan bersumpah untuk melanjutkan dukungan bagi Tentara Pembebasan Suriah dan oposisi Suriah.
Dia mengakui adanya ancaman dari kelompok yang terkait Al-Qaeda di Suriah, namun dia berpendapat bahwa cara terbaik untuk melawan ekstremis di antara pemberontak adalah dengan mendukung "kekuatan moderasi." (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...