Direktur “Charlie Hebdo” tentang Kartun Nabi Muhammad: Tidak Ada Yang Disesali
PARIS, SATUHARAPAN.COM-Direktur mingguan satir Prancis, “Charlie Hebdo” saat ini mengatakan bahwa majalah itu “tidak perlu menyesal” karena menerbitkan kartun Nabi Muhammad yang membuat marah umat Islam di berbagai negara.
Awak media itu menjadi target pembantaian oleh orang-orang bersenjata dari kelompok Islamis. Empat belas tersangka diadili di Paris atas pembantaian pada 7-9 Januari 2015 di kantor “Charlie Hebdo” dan supermarket Yahudi yang menewaskan total 17 orang.
Dilihat sebagai penganut kebebasan pers oleh para pendukungnya, tetapi para kritikus menuduh “Charlie Hebdo” melanggar batas ketika menerbitkan kartun Nabi Muhammad pada tahun 2006, dan memprovokasi kemarahan Muslim di seluruh dunia.
"Saya tidak ingin bergantung pada kesewenang-wenangan fanatik yang gila," kata Direktur “Charlie Hebdo”, Laurent Sourisseau, yang dikenal sebagai "Riss" dan yang juga terluka parah di bahu dalam serangan itu, dalam sidang pengadilan hari Rabu (9/9).
"Tidak ada yang disesali" karena telah menerbitkan kartun itu, tambahnya. "Yang saya sesali adalah melihat betapa sedikit orang yang berjuang untuk mempertahankan kebebasan. Jika kita tidak memperjuangkan kebebasan kita, kita hidup seperti budak, dan kita mempromosikan ideologi yang mematikan."
Sepuluh orang tewas di dalam kantor “Charlie Hebdo” termasuk Jean Cabut, yang dikenal sebagai Cabu, 76 tahun, Georges Wolinski, 80 tahun, dan Stephane "Charb" Charbonnier, 47 tahun, yang termasuk di antara kartunis paling terkenal di Prancis.
Seperti Tahanan Rumah
Sourisseau, 53 tahun, yang menggantikan Charb sebagai kepala publikasi, menegaskan bahwa kebebasan "bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit". "Kami tumbuh tanpa membayangkan bahwa suatu hari kebebasan kami akan dipertanyakan."
Mengingat kengerian serangan oleh dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi, dia berkata: "Sensasi langsung setelah serangan itu adalah bahwa Anda telah dipotong menjadi dua dan Anda kehilangan sebagian dari diri Anda."
Sourisseau sekarang hidup di bawah perlindungan sepanjang waktu. "Ini seperti saya menjalani tahanan rumah."
Membangkang seperti biasanya, “Charlie Hebdo” pada edisi pekan lalu menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad, hal yang menarik kecaman baru dari negara-negara termasuk Iran, Pakistan dan Turki.
"Jika kami melepaskan hak untuk menerbitkan kartun ini, itu berarti kami salah" sejak awal, katanya.
Pengadilan, yang dimulai pada 2 September, diperkirakan akan berlanjut hingga November, membuka kembali salah satu bagian yang menyakitkan dalam sejarah Prancis, bahkan jika mereka yang diadili hanyalah tersangka kaki tangan para penyerang, yang dibunuh oleh polisi setelah pembantaian. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...