Dirut Pertamina Patok Solar di Rp 6.200

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – PT Pertamina (Persero) mengajukan harga baru untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sebesar Rp6.200 per liter.

"Dalam periode tersebut, harga rata-rata sebesar 63,74 dolar AS per barel dengan kurs Rp12.507 per dolar AS maka harga MOPS per liter menjadi Rp5.013,81," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam rapat asumsi makro RAPBNP 2015 dengan Komisi VII DPR RI, Rabu. (4/2) di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dwi menjelaskan harga tersebut dihitung berdasarkan acuan Means of Platts Singapore (MOPS) dalam periode 25 Desember 2014 hingga 24 Januari 2015.

Dwi menuturkan karena 40 persen produksi solar berasal dari dalam negeri, maka harganya menjadi lebih mahal 12,5 persen atau menjadi Rp5.258 per liter.

Dengan nilai alfa yang sebelumnya disepakati sebesar Rp1.000, didapat harga Rp6.258,81. Ada pun dengan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10 persen dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen, didapat harga Rp7.167,6 yang kemudian dibulatkan menjadi Rp7.200.

"Dengan subsidi Rp1.000 per liter, jadi harga jual ke konsumen adalah Rp6.200 per liter. Namun kami siap apapun yang ditetapkan pemerintah," kata Dwi.

Sudirman Said menyebut tidak bisa lagi menurunkan dengan segera harga Rp.6.200 ke Rp.6.000 atau lebih murah dari harga keekonomian seperti yang diminta Komisi VII.  

Sudirman menyebut pemerintah masih harus menabung selisih harga keekonomian dan harga jual, dan saat ini pemerintah masih menyiapkan cadangan strategis yang akan diwujudkan dengan tempat penampungan sementara untuk cadangan BBM. 

Sudirman juga mengatakan kewenangan terkait pengumuman harga ada di tangan pemerintah sebagai badan eksekutif sehingga tidak bisa diputuskan secara sepihak oleh kementerian yang dia pimpin.

Hingga saat ini, belum ada keputusan harga baru BBM untuk bulan Februari 2015. Harga solar tetap di level Rp 6.400 per liter seperti ketetapan harga yang diumumkan pemerintah sekitar pertengahan Januari lalu. (Ant).

Editor : Eben Ezer Siadari