Diskusi PISKA: Ketahanan Pangan Gagal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketahanan Pangan Indonesia yang dicanangkan pemerintah selama ini dinilai gagal terlihat dari keputusan mengimpor beras yang terjadi pada bulan November 2015.
Pengamat Pangan Sumatera Utara, Profesor Posman Sibuea, mengatakan kegagalan ketahanan pangan tampak dari dibukanya keran impor beras pada bulan November sebanyak 1,5 juta ton. Ditambah pula dengan impor beberapa komoditas pangan seperti garam yang juga ikut diimpor.
"Masyarakat Indonesia saat ini masih belum aman untuk makan 3x1 hari dan hari ini semakin banyak anak-anak Indonesia masih bertubuh pendek yang merupakan generasi penerus kita," kata dia, saat diskusi awal tahun yang diselenggarakan Persekutuan Intelegensia Sinar Kasih (PISKA) di Gedung Sinar Kasih, Jakarta pada hari Rabu (10/2).
Dosen Universitas Katolik St Thomas Medan ini juga mengatakan komoditas pangan merupakan penyumbang terbesar Inflasi pada Januari 2016 yang mencapai 0,51 persen. Harga daging termahal ketiga di Asia Tenggara juga terjadi di Indonesia.
"Harga daging sapi di Negara Malaysia lebih murah dibanding negara Indonesia dan ini merupakan ancaman bagi kita," tambahnya.
Dia menambahkan, pemerintahan melalui Dewan Ketahanan Pangan sampai saat ini tidak mengetahui penyebab kegagalan ketahanan pangan. Bisa saja kegagalan ketahanan pangan itu berasal dari mafia pangan atau yang lainnya.
"Kedaulatan pangan adalah kebijakan pemerintah bahwa negara itu berdaulat, mandiri dan tidak ada yang bisa mempengaruhi, pemerintah harus mampu memanfaatkan potensi dalam negeri," katanya.
Editor : Eben E. Siadari
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...