Ditemukan Jenis Rekayasa Genetik, Jepang dan Korsel Hentikan Impor Gandum AS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Jepang dan Korea Selatan telah memutuskan untuk menghentikan sementara impor sebagian gandum dari Amerika Serikat menyusul ditemukannya tanaman gandum haril rekayasa genetik di Oregon.
Kedua negara tersebut menangguhkan impor gandum jenis putih dan lembut yang biasa digunakan antara lain untuk mie instan, tetapi tidak membatalkan impor gandum jenis lain dari Amerika Serikat. Demikian diungkapkan Asosiasi Industri Gandum AS, (U.S. Wheat Associates (USW) dan National Association of Wheat Growers (NAWG), Jumat.
Jepang merupakan importir terbesar gandum asal Amerika, diikuti oleh Nigeria, Meksiko, Korea Selatan, Filipine, dan Uni Eropa. Kantor berita RIA Novosti menyebutkan, pihak berwenang di Filipine sedang memantau situasi tersebut, sementara Uni Eropa akan menguji impor gandum AS dan memblokir setiap pengiriman yang ditemukan mengandung organisme hasil rekayasa genetika (GMO).
Para pejabat AS mengumumkan minggu ini bahwa gandum percobaan telah ditemukan di lahan seluar 80 are (32,4 hektar) di Oregon, dan mereka mengakui bingung bagaimana hal itu terjadi. Sebab, tidak ada gandum yang dimodifikasi secara genetik yang telah disetujui untuk produksi secara komersial di Amerika Serikat, kata Departemen Pertanian AS (USDA).
Tes gandum rekayasa genetika dilakukan di 16 negara dalam kurun 1998-2005. Namun kemudian hal itu dihentikan, dan program untuk mengembangkan gandum "Roundup Ready" ditutup, seperti dinyatakan oleh raksasa teknologi pertanian Monsanto yang mengembangkan benih transgenik.
Ada upaya mengembangkan gandum yang tahan terhadap glyphosate, bahan aktif dalam herbisida Roundup. Pengujian dilakukan oleh USDA setelah gandum “jahat” ditemukan di Oregon menunjukkan bahwa jenis itu adalah varietas yang sama dengan gandum rekayasa genetika yang diuji oleh Monsanto selama tujuh tahun hingga 2005.
Monsanto menekankan bahwa "tidak ada masalah keamanan dalam makanan, pakan atau lingkungan yang terkait dengan kehadiran gen Roundup Ready jika ditemukan dalam gandum."
Namun studi yang dilakukan tahun lalu oleh University of Caen di Prancis menemukan bahwa tikus yang diberi makan jagung Roundup Ready selama dua tahun mengalami penyakit tumor lebih berat daripada tikus kelompok uji yang diberi makan dengan jagung biasa. Monsanto telah menolak penelitian tersebut, dan mengatakan ia tidak memiliki kekuatan ilmiah.
Setelah studi Caen dirilis tahun lalu, Rusia menghentikan impor dan penggunaan jagung Roundup Ready yang dibuat oleh Monsanto. Dan Rusia juga bukan importir gandum dari Amerika Serikat.
Warga Batuah Serahkan Seekor Trenggiling ke BKSDA
SAMPIT, SATUHARAPAN.COM- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Sampit Kabupaten Kotawaring...