Dituduh Informan, Muslim Myanmar Dibunuh
MYANMAR, SATUHARAPAN.COM - Seorang warga Muslim Myanmar ditemukan tewas sehari setelah dia berbicara kepada wartawan dalam perjalanan jurnalistik yang dipandu pemerintah di wilayah yang bergolak di negara bagian Rakhine, kata polisi Myanmar, hari Jumat (23/12).
Pasukan pemerintah menguasai wilayah terpencil itu yang berbatasan Bangladesh sejak 9 Oktober, menyusul orang-orang bersenjata menyerang pos polisi dan menewaskan sembilan petugas.
Setidaknya 34.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak itu dan menuduhan terjadinya pembunuhan massal, pemerkosaan dan penyiksaan oleh pasukan keamanan Myanmar.
Pemerintah Myanmar membantah keras tuduhan itu dan terjadi perdebatan terkait status Muslim Rohingya, kelompok minoritas yang dalam kondisi tanpa kewarganegaraan, karena tidak diakui di Myanmar maupun Bangladesh. Masalah ini telah menjadi isu paling panas di negara yang baru bangkit menuju demokrasi.
Dituduh Informan
Polisi tidak menyebutkan motif pembunuhan terhadap pria berusia 41 tahun yang tubuhnya ditemukan mengambang di sungai, dan tanpa kepala. Pria itu berbicara kepada wartawan Myanmar pada hari Rabu di desa Ngakhura.
"Pada hari Kamis keluarganya mengatakan dia menghilang setelah memberikan wawancara kepada wartawan," kata Kolonel Polisi Thet Naing, dikutip AFP.
"Sore ini (Jumat/23/12) saya mendapat laporan tubuhnya ditemukan tanpa kepala ... kami telah dikonfirmasi dari warga bahwa jenazah itu adalah dia," katanya.
Diperkirakan militer telah membunuh lebih dari 80 orang di Rakhine sejak awal tindakan keras. Namun analisis dari International Crisis Group (ICG) mengatakan bahwa ada militan di balik serangan di pos perbatasan yang juga membunuh beberapa Muslim Rohingya yang menjadi 'informan' dan bekerja sama dengan pihak berwenang Myanmar.
Dalam sebuah pernyataan hari Jumat, Kantor Presiden menegaskan bahwa seorang laki-laki yang mereka diidentifikasi sebagai Shu Nar Myar telah tewas. Disebutkan pria ini menyangkal informasi tentang pelecehan oleh militer yang dia katakan kepada wartawan.
"Shu Nar Myar adalah orang yang mengungkapkan bahwa tidak ada kasus pembakaran oleh militer dan polisi, tidak ada pemerkosaan dan tidak ada penangkapan yang tidak adil," kata pernyataan itu.
Dua wartawan Burma, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa mereka mewawancarai pria itu pada hari Rabu di desanya.
Kelompok Penyerang
Tur Media itu diselenggarakan oleh pemerintah di tengah meningkatnya tekanan penyelidikan kasus Rohingya terhadap pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi. Pemerintahnya merespon peringatan internasional atas krisis dengan kampanye informasi terkait tuduhan laporan penyalahgunaan militer.
Wilayah Rakhine di utara kembali bergolak dalam dua bulan sejak ratusan gerilyawan bersenjata melancarkan serangan kejutan di pos perbatasan. ICG mengatakan bahwa para penyerang berasal dari kelompok yang didukung Arab Saudi, Harakah Al-Yaqin, yang muncul di sana setelah gelombang kekerasan sektarian melanda Rakhine pada tahun 2012.
Rohingya yang hidup dalam kemiskinan yang parah dan diskriminasi ditolak kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar.
PBB dan kelompok hak asasi berulang kali menyerukan agar Myanmar memberikan mereka hak penuh. PBB juga menggambarkan Muslim Rohingya sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...