Dolar Jatuh, Harga Minyak Melonjak Ke Level Tertinggi
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Penurunan tajam kurs dolar akibat peningkatan data ekonomi zona euro memicu harga minyak New York ke level tertinggi baru tahun 2015 pada Selasa (Rabu pagi WIB), sekalipun para pejabat di OPEC menyatakan akan mempertahankan pagu produksi mereka.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, naik 1,06 dolar AS dan ditutup pada 61,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent untuk penyerahan Juli naik 61 sen menjadi menetap di 65,49 dolar AS per barel.
Nilai tukar dolar AS turun lebih dari dua persen terhadap euro, dan 0,5 persen terhadap yen, setelah angka inflasi Eropa diumumkan sebesar 0,3 persen pada Mei, lebih baik dari yang diperkirakan sehingga mengurangi ketakutan atas deflasi.
"Saya pikir hal terbesar adalah dolar. Ada korelasi pembalikan sangat kuat dengan harga minyak. Jadi, apabila dolar bergerak lebih rendah bisa menggerakkan pasar minyak mentah lebih tinggi," kata Kyle Cooper dari IAF Advisors.
Lonjakan harga terjadi meski masih sedikit perubahan dalam situasi kelebihan pasokan minyak mentah global.
Para pejabat dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan mereka akan mempertahankan tingkat produksi saat ini ketika mereka bertemu tentang situasi pasar di Wina, Jumat (5/6).
Dipimpin oleh Arab Saudi, OPEC telah mengimbangi penurunan tajam harga selama tahun lalu dengan peningkatan produksi, dalam apa yang beberapa orang percaya adalah strategi untuk mendorong produsen biaya tinggi, terutama produsen-produsen serpih (shale) yang berbasis di Amerika Serikat, keluar dari pasar.
Ketika ditanya apakah strategi OPEC bekerja, Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi mengatakan kepada wartawan di Wina, Senin: "Jawabannya adalah ya ... Permintaan sedang meningkat. Pasokan sedang melambat. Ini adalah fakta. Pasar sedang mengalami stabilisasi."
"Anda dapat melihat bahwa saya tidak tertekan, bahwa saya senang," tambahnya.
Analis mengawasi pertemuan OPEC pada 5 Juni. Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda bahwa kartel akan memotong kuota produksinya pada pertemuan ini.
Kartel mempertahankan kuota produksi 30 juta barel per hari pada pertemuan November tahun lalu.
Cooper mengatakan para pedagang juga memperkirakan bahwa laporan pasar minyak mingguan AS pada Rabu akan menunjukkan tanda-tanda lebih besar dari pengetatan, permintaan lebih tinggi dan produksi lebih rendah, yang akan mendukung harga lebih tinggi.
Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu akan menerbitkan laporannya tentang data minyak mentah pekan lalu. Para pedagang ingin menemukan lebih banyak petunjuk tentang pasar minyak mentah dari laporan ini.
Untuk pekan yang berakhir pada 29 Mei, pasokan minyak mentah AS turun 2,8 juta barel menjadi 479,4 juta, 86,4 juta barel lebih banyak dari setahun sebelumnya, menurut EIA. Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS kehilangan 430.000 barel menjadi 60,01 juta barel. Produksi minyak mentah AS naik 304.000 barel menjadi 9,566 juta barel per hari. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...