Dorothy Day: Tak Tenggelam di Kelamnya Masa Lampau
SATUHARAPAN.COM – Ketika nurani bicara dan kita mendengarkan kemudian melakukan, kebaikan pasti akan terpancar. Agaknya hal-hal itulah yang terjadi pada orang-orang yang akhirnya kita kenal sebagai pribadi yang peduli terhadap sesama yang membutuhkan. Kita pasti mengenal Bunda Teresa yang berkarya di Kolkata, India. Di Indonesia kita juga mengenal Rama Mangunwijaya yang berjuang dan berkarya bagi mereka yang terbuang di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Karya ketulusan mereka menjadi fenomenal dan sering dijadikan sebagai pembelajaran.
Agaknya, itu jugalah yang terjadi dalam diri Dorothy Day, seorang jurnalis wanita di Amerika Serikat yang akhirnya mengabdikan hidupnya sebagai pekerja sosial. Masa lalu Day kontoversial: agnostik di masa muda dan pernah melakukan aborsi karena hamil di luar nikah. Day frustasi dengan dirinya. Hingga pada suatu titik, dia mendengarkan nuraninya dan mengubah orientasi hidupnya.
Pada 1930-an keadaan dunia berantakan oleh perang. Demikian juga keadaan di lingkungan tempat tinggalnya. Day kemudian mendirikan ”rumah keramahan” di daerah kumuh New York. Day akhirnya menjadi pekerja sosial yang melayani mereka yang miskin dengan membentuk gerakan Catholic Worker bersama beberapa temannya. Gerakan perdamaian dan nonkekerasan Day dan teman-temannya dengan cepat menyebar ke kota-kota lain di AS, Kanada, dan Inggris. Day wafat pada 29 November 1980. Paus Yohanes Paulus II pada Maret 2000 pernah membuka jalan untuk menjadikan Day sebagai orang kudus.
Dorothy Day adalah contoh seseorang yang tidak mau tenggelam dengan masa lalunya yang kelam. Alih-alih terus menerus menyesalinya, Day mengarahkan hidupnya untuk berguna bagi sesama yang membutuhkan. Suatu sikap mental yang patut juga kita tiru. Selamat menjadi berkat bagi sesama!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...